Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Slawi

Sosok Tarmuji Warga Dukuhwaru Kabupaten Tegal Jadi Peternak Muda, Awalnya Diremehkan Tetangga

Muhammad Tarmuji (29) mulai menekuni usahanya sebagai peternak muda sejak usia 23 tahun. 

|
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: muh radlis
IST
TUNJUKAN KAMBING - Dokumentasi foto yang dikirim Humas Pemkab Tegal pada Rabu (29/10/2025), memperlihatkan Muhammad Tarmuji (29) Pemilik Muji Jaya Farm menunjukan satu ekor kambing yang ada di peternakan miliknya berlokasi di Desa Dukuhwaru, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal. Muhammad Tarmuji mulai menekuni usahanya sebagai peternak muda sejak usia 23 tahun dan sering membagikan ilmu dan mengajak anak muda lainnya mau beternak. Dok Humas Pemkab Tegal 

TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Muhammad Tarmuji (29) mulai menekuni usahanya sebagai peternak muda sejak usia 23 tahun. 


Tarmuji pun sering membagikan ilmu dan mengajak anak muda lainnya mau beternak. 


Kini, ia memiliki lebih dari 2.000 ekor domba dengan dua kandang ternak.


Namun jauh sebelum itu, Tarmuji adalah sosok pemuda yang pernah gagal meraih ambisinya dalam bertani. 


Latar belakang pendidikan vokasinya di SMK jurusan teknik mesin tidak menyurutkan niatnya mengolah lahan pertanian.

Baca juga: Kapolresta Cilacap Pastikan Peralatan SAR Siap Hadapi Potensi Bencana di Musim Hujan


Di usia 20 tahun, Tarmuji memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai teknisi di sebuah perusahaan industri perakitan sepeda motor terbesar di Jabodetabek dan pulang kampung ke Desa Dukuhwaru, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal. 


Bermodal uang pesangon Rp30 jutaan dan pengetahuan bertani yang diperolehnya dari youtube, ia mulai bisnis pertaniannya.
 
“Setelah saya praktikkan ternyata hasilnya (panen) berbeda tidak sesuai harapan. Nah ini awal dari uang saya habis semua dalam waktu tiga bulan,” ungkap Tarmuji, dalam rilis yang diterima Tribunjateng.com, Rabu (29/10/2025). 


Pemilik Muji Jaya Farm ini bercerita, kondisi tersebut memaksanya kembali merantau bekerja serabutan di Jakarta. 


Setiap pagi ia berjualan telur, siangnya mereparasi motor, dan sorenya membantu sang kakak berjualan nasi goreng sambil sesekali diminta membantu menjadi teknisi listrik sebuah perusahaan jasa maintenance gedung dan mal di Jakarta.


Satu tahun lebih aktivitas tersebut dilakoni Tarmuji, sampai akhirnya bertemu seorang pegawai bank lulusan pertanian yang tidak hanya menyarankan dirinya kembali bertani di kampung, tapi juga memberinya modal usaha Rp1 juta secara cuma-cuma.


Kegagalan menjalankan usaha tak membuat Tarmuji menyerah. 


Bermodalkan uang Rp1 juta, ia pun nekat kembali ke kampung memanfaatkan uang tersebut untuk budidaya cacing, memanfaatkan kotoran sapi dari kandang ternak milik tetangga kampungnya untuk pakan cacing.


“Usaha ternak cacing saya awalnya diremehkan tetangga, dianggap kurang waras karena sebagai anak muda kok kerjaannya cuma ngumpulin kotoran sapi,” cerita Tarmuji. 


Tak patah arang, hasil komposting kotoran sapi sisa pakan cacing ia olah sendiri menjadi pupuk organik, termasuk pestisida nabati dari urin kambing dan sapi. 


Semuanya Tarmuji aplikasikan ke lahan pertanian beras ketan milik bapaknya yang kebetulan saat itu produktivitas dan harga jual penennya tinggi.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved