Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribunjateng Hari ini

Sri Mulyani Tenang Setelah Bertemu Anak Lanang di Mapolda Jateng 

Puluhan orang mendatangi Mapolda Jateng, Minggu (31/8/2025), untuk menjemput anak atau kerabat mereka yang terjaring sweeping aparat.

|
TRIBUN JATENG/REZANDA AKBAR
MINTA MAAF - Anak-anak dan remaja yang terjaring sweeping Polda Jateng seusai aksi penyerangan di Mapolda Jateng, memeluk dan minta maaf kepada ibunya, Minggu (31/8/2025). Polisi membantah dan memastikan mereka yang ditangkap adalah yang terlibat dalam aksi penyerangan di Polda Jateng pada Minggu dini hari. (TRIBUN JATENG/REZANDA AKBAR) 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Sri Mulyani (47) tak bisa tidur nyenyak, sejak Sabtu (30/8/2025) malam. 

Pasalnya, anak laki-lakinya yang berusia 16 tahun tak kunjung pulang. 

Biasanya, anak Sri Mulyani sudah berada di rumah setelah magrib.

Baca juga: Tokoh Agama dan Masyarakat di Jateng Serukan Kedamaian untuk Negeri

Menurut Sri Mulyani, anaknya keluar hanya main bola atau bermain ke rumah teman.

Akan tetapi, pada Jumat malam, anaknya hilang kabar.

“Biasanya nggak pernah keluar sampai nginep. Begitu semalam (Jumat malam—Red) anak lanang nggak pulang, saya langsung khawatir," kata Sri Mulyani saat ditemui di Mapolda Jawa Tengah, Minggu (31/8/2025).

"Rasanya lemes, bingung harus cari ke mana,” sambungnya.

Bermodal firasat, Sri Mulyani datang sendiri ke Mapolda.

Dia berada di kantor polisi di Jalan Pahlawan, Kota Semarang, sejak pukul 08.30. 

Tanpa ada kabar resmi yang datang kepadanya.

Sri Mulyani hanya ingin memastikan, apakah benar anaknya berada di Mapolda.  

“Nggak ada yang ngasih tahu, saya inisiatif ke sini saja. Pikiran saya, keadaan lagi panas, jadi coba tanya ke Polda,” tutur Sri Mulyani.

Setelah hampir tujuh jam, Sri Mulyani baru mendapat kepastian, pada Sabtu sekira pukul 17.00.

Polisi akhirnya mengizinkan dia bertemu dengan sang anak di Gedung Borobudur, Mapolda Jateng

Rasa lelah dan gelisah semalaman Sri Mulyani akhirnya terbayar.

“Alhamdulillah, bisa ketemu (anak). Dia langsung minta maaf. Katanya, nggak ada niatan ikut demo, cuma nganter temannya beli tas. Kesalahannya, hanya boncengan (motor) bertiga,” ujarnya.

Sri Mulyani yang duduk di sebelah anaknya, menunjukkan tas second yang dibeli bersama temannya.  

“Memang niatnya cuma nganter teman, buat beli tas di thriftingan, bukan ikut-ikutan demo,” imbuhnya.

Suasana haru menyelimuti Gedung Borobudur sore itu.

Tangis pecah begitu para orang tua dipertemukan dengan anak-anak mereka.  

Banyak yang saling berpelukan erat, sebagian anak bahkan sungkem di kaki ibunya sambil menangis dan meminta maaf.

Sri Mulyani menjadi salah satu orang tua yang akhirnya bisa bernapas lega.

“Sebagai orang tua ya pasti khawatir. Tapi hari ini saya bersyukur, akhirnya bisa tahu anak saya ada di sini dan keadaannya baik,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Gelisah

Pada Minggu pagi, halaman depan Mapolda Jateng, Jalan Pahlawan, Kota Semarang, berubah menjadi ruang tunggu penuh kegelisahan.

Sejumlah orang tua berdiri dan duduk di pinggir jalan.

Wajah mereka tampak tegang, mata sembab karena kurang tidur, dan sesekali menatap ke arah pintu gerbang dengan penuh harap.

Mereka bukan sedang mengurus administrasi, bukan pula menanti pelayanan publik.  

Mereka adalah orang tua dan keluarga remaja, yang pada Sabtu sore hingga malam, terjaring dalam razia besar-besaran polisi seusai kericuhan di sekitar Mapolda Jateng.

Seusai kericuhan di depan Mapolda, pada Sabtu sore, polisi melakukan sweeping di jalanan sekitar lokasi.

Beberapa pengendara motor sempat ditendang hingga jatuh, lalu dibawa masuk ke Mapolda.

Bagi keluarga yang anaknya tak kunjung pulang malam itu, kabar penangkapan membuat mereka kelabakan.

Arifan, perempuan asal Kecamatan Gajahmungkur, sudah berada di depan Mapolda, sejak pukul 06.30.

Matanya sebab wajahnya merah dengan raut murung.  

“Rasanya saya sudah mau semaput,” ujar Arifan lirih.

Arifan berkisah, anaknya yang masih duduk di bangku SMK tidak pernah bicara soal demo.

Dia yakin betul, anaknya tak neka-neka.

“Sore kemarin (Sabtu sore) anak saya masih di rumah, benerin motor. Oleh karena lampu motornya ada di rumah temannya, dia pergi ke sana," kata Arifan dengan mata berkaca-kaca.

"Dia pergi bawa motor saya, mungkin lewat sini (Jalan Pahlawan) terus kejaring atau gimana,” sambungnya.

Pada Minggu dini hari, ia menerima pesan dari polisi yang memberitahukan bahwa anaknya ditangkap.

“Katanya, pada pukul 08.30 atau 10.00 bisa diambil. Tapi sampai sekarang (pukul 11.00—Red) belum bisa keluar juga,” tambahnya.

Arifan menegaskan, anaknya hanya gemar otak-atik motor, bukan ikut aksi.  

“Kalau memang salah anak saya, ya saya mohon maaf,” katanya.

Kelas 6 SD

Cerita serupa datang dari Budiarto (60), kakek dari seorang anak laki-laki berinisial K, yang baru duduk di bangku kelas 6 SD.

Budiarto bercerita, K tinggal bersama kakek-neneknya di Genuk, sedangkan kedua orang tuanya bekerja di Pati.

“Sehari-hari ya sama saya dan istri. Dia anaknya pendiam, tidak neka-neka,” ujar Budiarto.

“Cucu saya itu cuma main, nongkrong di Simpanglima. Dia pamit sama saya 'Kung, takdolan ya?’," terangnya.

Namun, pada Sabtu malam itu, cucunya ikut terjaring sweeping polisi.

Budiarto mengaku, cucunya pamit dari rumah sekitar pukul 19.00 untuk keluar bersama temannya.

“Saya tidak tahu siapa temannya. Malam itu sebenarnya saya sudah merasa tidak enak. Jam dua dini hari, saya dikabari Polsek Genuk, katanya, cucu saya diamankan,” tuturnya.

"Istri saya (nenek K—Red) semalam itu menangis terus," tambahnya.

Cerita Solikin, warga Sembungharjo, Kecamatan Genuk, lain lagi.

Dia sejak subuh telah berada di Mapolda, dengan tujuan menjemput keponakannya yang masih duduk di bangku kelas 3 SMP.

“Semalam (Jumat malam—Red) jam sebelas malam saya ditelepon dari Polda. Katanya, anaknya ada di sini. Jadi saya berangkat jam lima pagi, sampai sini jam enam,” tutur Solikin.

Selain itu, Solikin mengaku tidak bisa tidur semalaman karena memikirkan kondisi sang ponakan.  

Dia bahkan sudah bersiap datang lebih awal agar tidak dianggap mengulur waktu. 

“Dia mau jemput temannya yang sakit. Dia itu nggak bawa motor, dibonceng temannya. Anaknya pendiam, jarang keluar rumah," tutur Solikin. (Rezanda Akbar D)

Baca juga: Polisi Tetapkan Tujuh Tersangka Tindak Anarkis dalam Demo di Depan Mapolda Jateng

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved