Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Banjir hingga Kekeringan, Jateng Dikepung Bencana, Warga Tak Lagi Bisa Prediksi Cuaca

Jawa Tengah, provinsi yang dikenal sebagai jantung Pulau Jawa, dalam satu dekade terakhir justru kerap menjadi episentrum bencana hidrometeorologi

Penulis: budi susanto | Editor: muslimah
TRIBUN JATENG/FAISAL AFFAN
BANJIR ROB - Beberapa kendaraan melintasi jalur Pantura Sayung Demak, Jumat (13/6/2025). Lokasi tersebut menjadi langganan banjir rob. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Jawa Tengah, provinsi yang dikenal sebagai jantung Pulau Jawa, dalam satu dekade terakhir justru kerap menjadi episentrum bencana hidrometeorologi. 

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng mencatat, sejak 2015 hingga 2025, ribuan kejadian banjir, longsor, puting beliung, dan kekeringan telah memporak-porandakan kehidupan warga.

Hanya dalam dua bulan pertama tahun 2025, sudah tercatat 91 kejadian bencana. 

Dampaknya, 407.214 jiwa terdampak, 30 orang meninggal dunia, 25 orang luka-luka, dan 10.867 orang terpaksa mengungsi. 

Baca juga: Tanggap Darurat Bencana Ditetapkan di Banyumas, Longsor Jadi Ancaman Paling Serius

Dari total tersebut, banjir menjadi bencana paling dominan dengan porsi lebih dari 60 persen.

Kawasan dataran rendah seperti Semarang, Pekalongan, dan Batang nyaris setiap tahun dilanda banjir dan rob. 

Curah hujan ekstrem ditambah pasang laut memperburuk situasi, sementara sistem drainase perkotaan belum mampu mengimbangi.

Kajian risiko Kota Semarang menegaskan, urbanisasi cepat serta kenaikan muka air laut menjadi faktor utama terjadinya banjir tahunan. 

Di Pekalongan, rob bahkan telah mengubah wajah sebagian kampung nelayan, memaksa warga hidup dalam kondisi rumah tergenang.

“Sekarang suhu di Pekalongan terasa makin panas. Setiap masuk musim penghujan, saya selalu cemas karena teror banjir bisa datang kapan saja. Bahkan longsor juga sering terdengar di daerah tetangga,” kata Robi, warga Pekalongan, Jumat (12/9/2025).

Ia menambahkan, tak seperti 10 tahun lalu, cuaca kini semakin sulit diprediksi oleh masyarakat.

“Musim hujan malah kering, musim panas justru turun hujan deras. Kami benar-benar bingung, tidak tahu harus menyiapkan apa,” katanya.

Berbeda dengan pesisir, wilayah pegunungan seperti Banjarnegara, Wonosobo, dan Temanggung lebih sering dihantam tanah longsor

Salah satu yang paling parah terjadi di Banjarnegara pada akhir 2021, ketika permukiman warga tertimbun material longsor usai hujan deras tanpa henti.

Di sisi lain, bagian selatan Jawa Tengah menghadapi krisis berbeda yaitu kekeringan. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved