Tribun Jateng Hari ini
Siswa Keracunan MBG Buat Orangtua dan Sekolah di Banyumas Trauma
Anak Setiani yang masih duduk di kelas 1 SD sempat mengalami sakit selama satu minggu hingga tidak masuk sekolah.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: Vito
TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Kasus dugaan keracunan makanan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di wilayah Karanglewas Kidul masih menyisakan kekhawatiran bagi sejumlah sekolah dan orangtua siswa.
Satu di antaranya dialami orangtua siswa SDN Pangebatan, Kecamatan Karanglewas, Setiani (35), yang anaknya menderita gejala cukup parah setelah mengonsumsi makanan dari program MBG.
Menurut dia, anaknya yang masih duduk di kelas 1 SD sempat mengalami sakit selama satu minggu hingga tidak masuk sekolah.
"Kulitnya mengelupas, keluar bintik-bintik seperti biduran, bahkan ada yang bernanah. Setelah 3 hari pecah, bekasnya jadi hitam," katanya, kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (14/10).
Ia menyebut, gejala itu muncul tepat setelah anaknya makan makanan dari program MBG. Padahal sebelumnya, anaknya tidak pernah mengalami alergi atau gangguan kesehatan serupa.
"Kalau kata dokter, katanya alergi. Tapi saya yakin karena makan itu (MBG). Setelah makan itu langsung sakit," jelasnya.
Akibat kejadian tersebut, Setiani mengaku tidak keberatan program MBG di sekolah anaknya dihentikan. "Kalau tidak ada MBG tidak apa-apa, yang penting anak-anak sehat," tukasnya.
Sementara, Kepala SDN Pangebatan, Riyadi mengonfirmasi, pihaknya sudah menghentikan sementara pelaksanaan MBG di sekolah tersebut.
"Program kami hentikan, karena dari dinas juga menghentikan. Kalau nanti akan dilanjutkan, kami masih menunggu petunjuk dari Dinas Kesehatan," ucapnya.
Dia menambahkan, pihak sekolah juga belum mengetahui apakah nanti dapur penyedia makanan akan tetap dari SPPG Karanglewas Kidul atau diganti dengan yang lain. "Kami menunggu rekomendasi dari pihak yang lebih kompeten," tambahnya.
Riyadi menegaskan, pihak sekolah akan bersikap lebih selektif apabila program MBG dilanjutkan. "Kalau memang diteruskan, harus benar-benar hati-hati dan selektif. Kami juga akan pelajari isi MoU agar sekolah tidak dirugikan," tandasnya.
Ia berujar, keputusan melanjutkan atau tidak program MBG juga akan mempertimbangkan pendapat dari orangtua siswa.
"Kami akan minta pertimbangan dari wali murid, karena mereka yang menerima manfaatnya, jadi keputusan sebaiknya berdasarkan kesepakatan bersama," tuturnya.
Saat ini, Riyadi menyatakan, seluruh siswa sudah pulih dan tidak ada lagi yang sakit. Namun, pihaknya tetap waspada agar kejadian serupa tidak terulang.
"Sudah 3 minggu kami tidak menerima MBG. Waktu awal kasus muncul, saya langsung menginisiasi untuk menghentikan dulu. Kami tidak ingin ambil risiko," tegasnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/20250925_Keracunan-Makan-Bergizi-Gratis-MBG_1.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.