Kecelakaan Bus PO Haryanto
Kronologi Kecelakaan Maut Bus PO Haryanto di Tol Batang, 3 MD
Berikut kronologi kecelakaan maut Bus PO Haryanto di Tol Batang Jawa Tengah mengakibatkan tiga orang meninggal dunia (MD).
TRIBUNJATENG.COM, BATANG – Berikut kronologi kecelakaan maut Bus PO Haryanto di Tol Batang Jawa Tengah mengakibatkan tiga orang meninggal dunia (MD).
Kecelakaan tunggal diduga akibat ban yang digunakan bus PO Haryanto sudah tidak layak.
Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Jawa Tengah masih terus mendalami penyebab kecelakaan tunggal Bus PO Haryanto di ruas Tol Semarang–Batang KM 354 Jalur B, wilayah Desa Ponowareng, Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang, Minggu (26/10/2025) malam.
Baca juga: Fakta Lengkap Kecelakaan Maut Bus PO Haryanto di Tol Batang 3 Meninggal: Saat Itu Hujan Sangat Deras
• Modal Foto AI Pria Nyamar Jadi Anggota TNI Tipu dan Peras Wanita hingga Rp 210 Juta, Modusnya VCS
• Kesaksian Penumpang Bus PO Haryanto yang Terguling di Tol Batang: Saya Bangun Saat Bus Oleng
• Penjelasan Medis Pihak Rumah Sakit Hasil Autopsi Pendaki Meninggal Gancet di Gunung Jawa Barat
Insiden nahas itu menewaskan tiga penumpang dan 20 orang luka-luka.
Direktur Lalu Lintas Polda Jateng, Kombes Pol M. Pratama Adhyasastra, mengatakan pihaknya belum bisa memastikan penyebab pasti kecelakaan sebelum seluruh hasil pemeriksaan teknis dan investigasi lapangan selesai.
“Saat ini kami masih melakukan pendalaman. Faktor kecelakaan bisa disebabkan oleh kondisi alam, kelalaian manusia, atau aspek teknis kendaraan,” ujarnya, Senin (27/10/2025).
Kombes Pratama menjelaskan, dari hasil pengamatan awal di lokasi, terdapat indikasi bahwa ban kendaraan diduga tidak memenuhi standar kelayakan.
Dugaan tersebut kini menjadi salah satu fokus pemeriksaan teknis oleh tim penyidik.
“Ban menjadi perhatian kami karena sangat berpengaruh terhadap stabilitas kendaraan, terlebih saat melaju di jalan tol dengan kecepatan tinggi dan kondisi hujan. Secara umum, kembangan ban minimal 3 milimeter. Kalau kurang dari itu, daya cengkeram terhadap jalan tentu berkurang,” jelasnya.
Menurut dia, kondisi ban yang aus dapat memicu tergelincir (slip), terutama saat kendaraan melintasi genangan air atau jalan licin akibat hujan deras.
Namun demikian, Dirlantas menegaskan bahwa kesimpulan akhir belum dapat diambil sebelum pemeriksaan menyeluruh dilakukan oleh tim gabungan dari Satlantas Polres Batang, ahli teknis, serta Dinas Perhubungan.
“Semua masih kami verifikasi. Termasuk memeriksa apakah ban masih asli pabrikan atau sudah melalui proses vulkanisir. Untuk kepastian teknisnya nanti kami libatkan ahli ban,” tuturnya.
Selain aspek teknis, polisi juga mendalami faktor human error, seperti kemungkinan sopir mengantuk, tidak waspada, atau tidak menyesuaikan kecepatan dengan kondisi jalan.
“Nanti kita minta keterangan dari sopir terkait kecepatan, penggunaan persneling, dan reaksi saat kejadian. Apakah sempat mengerem, membanting setir, atau terlambat merespons karena kondisi jalan licin,” imbuhnya.
Kombes Pratama menambahkan, secara teori kinematika, kendaraan yang melaju 40 km/jam membutuhkan waktu reaksi sekitar satu detik atau jarak lima meter.
Namun di jalan tol, kendaraan biasanya melaju jauh lebih cepat, sehingga reaksi pengemudi harus ekstra sigap.
“Kalau kecepatannya tinggi, waktu reaksi sopir harus lebih cepat pula. Nah, ini yang sedang kita dalami,” ujarnya.
Untuk memastikan hasil analisis objektif, Ditlantas juga akan berkoordinasi dengan Balai Besar Bina Marga guna memeriksa kondisi fisik jalan di sekitar lokasi kecelakaan.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah ada faktor eksternal seperti genangan air atau permukaan jalan licin yang turut memicu kecelakaan.
“Kami ingin memastikan apakah genangan di lokasi masih dalam batas aman. Karena kalau ban memenuhi standar, kendaraan seharusnya masih bisa dikendalikan,” ujarnya.
Kombes Pratama berharap hasil penyelidikan komprehensif ini dapat segera rampung agar penyebab kecelakaan benar-benar terungkap dan menjadi evaluasi bersama dalam meningkatkan keselamatan transportasi di jalan tol.
“Semua aspek sedang kami dalami. Mudah-mudahan hasil akhirnya bisa menjadi pelajaran agar kejadian serupa tak terulang lagi,” pungkasnya.
Kesaksian Penumpang
Perjalanan ke kota rantau berubah menjadi penuh kecemasan bagi Kosim, penumpang asal Demak, saat bus PO Haryanto yang ia tumpangi terguling di KM 354B, Minggu (26/10/2025).
Bus dari Pati menuju Tangerang itu membawa total 35 penumpang, tiga orang meninggal dunia, 20 mengalami luka ringan, dan 12 lainnya selamat.
Kosim termasuk di antara mereka yang berhasil keluar dengan selamat.
Ia hendak merantau bekerja di Tangerang.
“Saya duduk di nomor tujuh, dua baris di belakang sopir. Waktu kejadian, saya sedang tidur. Tiba-tiba bangun karena bus oleng,” tuturnya, Senin (27/10/2025).
Menurut Kosim, bus sempat oleng beberapa kali sebelum akhirnya terguling.
Ia mengingat suasana di dalam kabin yang mendadak panik.
“Saya langsung pegangan ke jok. Penumpang lain ada yang jatuh, ada yang ketimpa. Kejadiannya cepat,” ujarnya.
Kosim menambahkan, hujan mulai turun sekitar 10 menit sebelum kecelakaan.
Kondisi hujan deras, jalan menjadi licin dan jarak pandang terbatas.
“Masuk tol sudah hujan, hujan lumayan deras, saya sempat tertidur sebentar, terbangun saat terasa oleng itu," ujarnya.
Ia juga menyebut bahwa dua penumpang yang duduk di depannya menjadi korban meninggal dunia.
"Saya duduk di belakang sopir, dua baris. Di depan saya itu yang meninggal, sempat melihat kondisinya dan itu yang masih buat saya shock sakit kepala saatengingat," ucapnya lirih.
Kecelakaan maut terjadi di ruas Jalan Tol KM 354 Jalur B Semarang–Batang, tepatnya di wilayah Desa Ponowareng, Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang, Minggu (26/10/2025) malam.
Sebuah bus pariwisata PO Haryanto dengan nomor polisi B-7394-VGA mengalami kecelakaan tunggal sekitar pukul 22.35 WIB.
Akibat peristiwa itu, tiga orang meninggal dunia di lokasi kejadian dan 20 penumpang lainnya mengalami luka-luka.
(din)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.