Tribun Jateng Hari Ini
BPBD Sejumlah Daerah Bersiap Hadapi Potensi Bencana
Langkah pembentukan tim satgas dilakukan menghadapi potensi bencana, dan memastikan penanganan cepat.
Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: Vito
TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sejumlah daerah di Jateng bersiap menghadapi potensi bencana, menyusul kondisi cuaca ekstrem dalam beberapa waktu terakhir.
Hal itu seperti dilakukan BPBD Kota Pekalongan yang menyiagakan tim satuan tugas (satgas) dan relawan selama 24 jam penuh di sejumlah titik rawan bencana.
Langkah itu dilakukan untuk menghadapi potensi banjir kiriman yang kerap terjadi saat musim penghujan, dalam memastikan penanganan cepat apabila terjadi genangan maupun luapan air dari wilayah hulu.
Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kota Pekalongan, Budi Suheryanto mengatakan, pihaknya telah memperkuat koordinasi dengan BPBD di daerah sekitar seperti Kabupaten Pekalongan, Batang, dan Pemalang.
Hal itu dilakukan untuk mempercepat arus informasi ketika terjadi hujan deras di wilayah hulu yang berpotensi menimbulkan banjir kiriman di Kota Pekalongan.
"Begitu ada laporan curah hujan tinggi di wilayah hulu, kami langsung bersiap. Satgas dan relawan sudah kami tempatkan di lapangan, agar bisa segera bergerak bila ada peningkatan debit air," katanya Rabu (29/10).
Menurut dia, satgas yang bertugas dibagi menjadi empat shift dengan sistem piket bergilir, dengan masing-masing beranggotakan lima orang. Selain itu, relawan dari berbagai kelurahan juga dilibatkan untuk memperkuat penanganan di tingkat masyarakat.
Hingga Oktober 2025, BPBD telah membentuk 21 Kelurahan Tangguh Bencana (Katana) dari total 27 kelurahan, dan ditargetkan bertambah menjadi 22 pada pekan ini.
"Untuk wilayah Pekalongan Selatan relatif aman dari banjir, sehingga pelatihan lebih difokuskan pada penanganan kebakaran dan gempa. Sedangkan wilayah Timur, Utara, dan Barat lebih banyak diarahkan pada simulasi penanganan banjir dan rob," bebernya.
Selain kesiapan personel, Budi menuturkan, BPBD juga memperkuat kerja sama lintas organisasi perangkat daerah (OPD), seperti dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR), Dinas Lingkungan Hidup (DLH), serta Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Dinperkim).
Kolaborasi itu dilakukan untuk memastikan fungsi drainase dan pompa air berjalan optimal dalam mempercepat surutnya genangan.
"Drainase yang lancar dan pompa air yang berfungsi baik itu kunci utama agar air cepat surut dan tidak menimbulkan genangan berkepanjangan," jelasnya.
Sebagai langkah tambahan, Budi menyatakan, BPBD juga memasang CCTV pemantau di sejumlah titik strategis, termasuk di kawasan Taman Wisata Laut (TWL) Pantai Pasir Kencana, guna memantau kondisi sungai dan pasang air laut secara real time.
“Dengan kesiapsiagaan ini, kami berharap masyarakat tetap waspada, namun tidak panik menghadapi musim penghujan yang diperkirakan berlangsung hingga Februari 2026,” ucapnya.
Brebes
Adapun, BPBD Kabupaten Brebes mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk , khususnya di wilayah hulu, untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir bandang dan luapan air sungai yang dapat terjadi akibat curah hujan tinggi memasuki musim penghujan.
PLT Kalaksa BPBD Brebes Wibowo Budi S mengatakan, sebelumnya telah melakukan kajian pemetaan potensi bencana berdasarkan data BPBD Jateng.
Pihaknya mengidentifikasi daerah seperti Brebes, yang berada di lereng dan aliran sungai pegunungan, memiliki risiko tinggi terhadap banjir bandang.
"BPBD Brebes telah melakukan kajian bencana yang di dalamnya adalah peta rawan bencana. Untuk banjir ada di daerah Pantura Kecamatan Brebes, Wanasari, Ketanggungan, Losari, dan Tanjung. Sedangkan tanah longsor di Brebes selatan, ada di Kecamatan Salem, Bantarkawung, Paguyangan dan Sirampog," jelasnya, di sela rakor kesiapan menghadapi bencana 2025, di KPT Brebes, Rabu (29/10).
Selain wilayah tersebut, Wibowo menyebut, wilayah tengah Brebes juga berpotensi terjadi angin kencang. "Dari hasil rakor di provinsi, untuk angin puting beliung juga rawan terjadi di Brebes tengah, seperti Kecamatan Larangan dan Songgom," ujarnya.
Meski pantura disebut rawan banjir, ia juga mengimbau masyarakat di Brebes Selatan untuk menjaga hutan guna meminimalisir bencana di wilayah pegunungan.
"Sekarang cuaca dan alam sudah mulai berubah dan banyak alih fungsi hutan. Jadi mungkin biasanya banjir hanya di pantura, sekarang di Brebes Selatan (potensi bencana-Red). Kami meminta kepada masyarakat agar menjaga hutan lindung kita agar tidak banjir," tandasnya. (dro/pet)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.