Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Raja Keraton Kasunanan Solo Wafat

Setelah Pakubuwono XIII Wafat: Ini Filosofi "Paku Buwono", Gelar Raja Solo Yang Tak Akan Hilang

Kepergian Pakubuwono XIII pada Minggu (2/11/2025) meninggalkan duka mendalam bagi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan seluruh masyarakat Jawa.

Penulis: Raf | Editor: raka f pujangga
IST
WAFAT - Raja Keraton Kasunanan Solo Pakubuwono XIII wafat hari ini, Minggu (2/11/2025). Pakubuwono XIII dirawat di rumah sakit Indrayanti Solo Baru sejak September 2025. (TribunSolo/Eka Fitriani) 

TRIBUNJATENG.COM - Kepergian Pakubuwono XIII pada Minggu (2/11/2025) meninggalkan duka mendalam bagi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan seluruh masyarakat Jawa.

Namun, gelar Pakubuwono itu sendiri tidak akan hilang. 

Ia adalah mahkota abadi yang melambangkan kepemimpinan dan pusat budaya Jawa.

Baca juga: 3 Tahapan Prosesi Pemakaman Raja Keraton Solo Pakubuwono XIII, Dimakamkan Rabu Legi 5 November 2025

Lantas, apa sebenarnya makna dari gelar agung ini dan bagaimana perannya berlanjut dalam tatanan budaya dan sejarah Indonesia?

Apa Itu Paku Buwono? Asal-usul Gelar Raja Surakarta

Paku Buwono (sering disingkat PB) adalah gelar resmi yang digunakan Raja yang memimpin Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Secara etimologi dalam bahasa Jawa, gelar ini memiliki makna filosofis yang mendalam:

Paku berarti "Paku" (pasak) atau "Pusat".

Buwono berarti "Dunia" atau "Semesta".

Dengan demikian, Paku Buwono dapat diartikan sebagai "Paku Dunia" atau "Pusat Semesta".

Gelar ini menyiratkan peran raja sebagai pasak yang menopang stabilitas, moralitas, dan keseimbangan tatanan Jawa.

Gelar ini mulai digunakan sejak pendirian Kasunanan Surakarta pada tahun 1745, setelah pecahnya Kerajaan Mataram Islam melalui Perjanjian Giyanti (1755) yang membagi Mataram menjadi Kasunanan Surakarta (dipimpin Paku Buwono) dan Kasultanan Yogyakarta (dipimpin Sultan Hamengkubuwono).

Peran dan Kedudukan Paku Buwono Pasca-Kemerdekaan

Meskipun secara politik Keraton Surakarta telah berintegrasi dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan tidak lagi memiliki kekuasaan administratif layaknya kerajaan di masa lalu, peran Paku Buwono tetap krusial dalam dua aspek utama:

1. Pemimpin Kultural dan Spiritual

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved