Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Blora

Belajar Lewat YouTube dan AI, Mahasiswa di Blora Raup Cuan Rp 15 Juta Sekali Panen dari Kolam Ikan

Anindita Ravi Pamungkas (20), mahasiswa STTR Cepu sukses mengembangkan budidaya ikan konsumsi sejak 2023 bisa raup omzet Rp15 juta.

Penulis: M Iqbal Shukri | Editor: raka f pujangga
Iqbal/Tribunjateng
KOLAM NILA - Anindita Ravi Pamungkas (20), saat berada di kolam ikan nila miliknya, di Blora, Minggu (9/11/2025). 

TRIBUNJATENG.COM, BLORA - Anindita Ravi Pamungkas (20), bukanlah mahasiswa biasa. 

Dalam kesehariannya, pemuda asal Desa Palon, Kecamatan Jepon, itu tidak hanya fokus pada aktivitas perkuliahan saja, melainkan juga menekuni usaha di bidang budidaya ikan nila sistem Bioflok.

Mahasiswa semester lima, Jurusan Teknik Mesin di Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe (STTR) Cepu, itu mulai budidaya ikan konsumsi sejak 2023.

Baca juga: Viral Damkar Depok Kuras Kolam Ikan 2 M Demi Ambil Iphone Mahasiswa yang Jatuh

Awalnya, Ia budidaya ikan lele, namun lantaran jumlah pembudidaya ikan lele di Blora sudah cukup banyak, Ia kemudian beralih budidaya ikan nila.

Anindita membaca peluang bahwa budidaya ikan nila mempunyai prospek yang cukup bagus di Blora.

"Di Blora itu sudah banyak pembudidaya ikan lele, dan pembudidaya ikan nila itu masih minim. Makanya itu saya melihat peluang di dunia ikan nila ini masih sangat besar. Jadi saya beralih ke nila," katanya, Minggu (9/11/2025).

Budidaya ikan nila tak semudah budidaya ikan lele.

Bahkan awal-awal saat Anindita mulai budidaya ikan nila, ada sekitar seribuan ikannya yang mati.

"Pernah awal-awal saya tebar 1.500 ekor ikan nila, enggak ada 5 menit mati total, itu pernah."

"Lalu pernah juga saat ikan sudah mau panen, tapi listrik tiba-tiba mati, dan lupa menyalakan genset sehingga aerator tidak berfungsi. Sehingga ikan banyak yang mati. Itu dukanya jadi pembudidaya nila," jelasnya.

Seiring berjalannya waktu, Anindita terus belajar dari pengalaman tersebut, hingga bisa meminimalkan risiko-risiko kematian ikan.

Anindita menilai, dalam berbudidaya ikan hal utama yang perlu diperhatikan yakni kualitas air.

"Untuk budidaya ikan yang paling diperhatikan itu utamanya di kualitas air.
Karena kualitas air itu menentukan keberhasilan panen dan kualitas daging ikan."

"Kualitas air yang buruk, berpotensi membuat kematian ikan yang tidak wajar," jelasnya.

Dalam berbudidaya ikan nila, Anindita belajar secara otodidak, dan mengandalkan dari media sosial, YouTube, hingga AI.

Saat ini Anindita memiliki 17 kolam, dengan ukuran yang bervariasi. Ia bisa memanen ikan nila, setiap 3,5 bulan.

"Untuk sementara ini saya punya 17 kolam dengan kubikasi kolam bervariasi, dari 3 kubik, 5 kubik, 12 kubik, 24 kubik."

"Untuk sekali panen beragam ya, tergantung ukuran kolam. Ya paling rata-rata sekali panen, ada yang 2 kwintal, 3,5 kwintal, ada juga yang 4 kwintal," jelasnya.

Anindita memasarkan ikan nila dari hasil budidayanya, mulai ke pemancingan, warga sekitar, hingga restoran.

Adapun untuk ikan nila miliknya dijual dengan harga beragama. Untuk harga ecer Rp 33 ribu per kilogram. Untuk harga partai besar Rp 30 ribu per kilogram.

Per kilogram biasanya ada yang isi 6 ekor, ada yang 2 ekor, tergantung permintaan.

Baca juga: Lepas dari Pengawasan Orang Tua, Balita di Jepara Meninggal Dunia Tenggelam di Kolam Ikan

"Untuk pemasaran saya sementara ini masih untuk ke pemancingan, resto-resto kecil. Tapi rencana ke depannya, saya mulai ke restoran besar dan tengkulak-tengkulak skala besar," jelasnya.

Sekali panen, Anindita bisa mengantongi omzet dari Rp 3 juta hingga Rp 15 juta. Dengan pendapatan itu menurutnya masih cukup menguntungkan.

"Masih untung. Karena itu nanti bisa dihitung untuk HPP-nya, biaya listrik berapa, biaya pakan berapa, itu bisa ketemu nantinya," jelasnya.(Iqs)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved