Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banjarnegara

Kisah Warga Desa Bantar Menemukan Cahaya Listrik dari "Harta Karun" Gas Rawa di Bawah Kaki Mereka

Gas rawa menjadi penerang yang memberikan kemandirian energi di Desa Bantar Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara Jawa Tengah.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: raka f pujangga
Tribunjateng/Khoirul Muzaki
CEK GENSET - Kepala Cabang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Serayu Tengah Yohanes Pambudi Hadi mengecek instalasi genset berbahan bakar gas rawa untuk penerangan jalan Desa Bantar, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara, Rabu 6 November 2025. 

Pengeluaran warga untuk membeli bahan bakar bisa ditekan.
 
Bahkan potensi gas alam bukan hanya untuk keperluan dapur rumah tangga. 

Energi itu bisa digunakan untuk mengungkit ekonomi atau mendukung geliat Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di desa. 

Penggunaan gas rawa bisa menekan ongkos produksi para pelaku UMKM untuk meraup banyak laba. 

“Di sini ada UMKM keripik, kompornya pakai energi gas, jadi lebih hemat," katanya.

20251109_api menyala di tanah kebun_1
POTENSI GAS RAWA- Warga Desa Sijeruk Kecamatan Banjarmangu melihat api menyala di tanah kebun yang berasal dari gas rawa, beberapa waktu lalu. 

Diversifikasi 

Sayangnya, potensi besar gas rawa di Desa Bantar belum dikelola secara maksimal. 

Selama ini, gas rawa di desa tersebut lebih banyak dipakai  untuk kebutuhan dapur atau memasak. 

Padahal, bahan bakar alternatif ini bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Termasuk membangkitkan energi listrik. 

Dinas ESDM Provinsi Jateng berusaha mengoptimalkan penggunaan gas di desa tersebut agar bisa berdampak lebih luas. 

Kepala Cabang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Serayu Tengah Yohanes Pambudi Hadi mengatakan, pihaknya berusaha mendiversifikasi produk energi gas rawa selain untuk memasak. 

Pihaknya melihat Jalan Desa Bantar gulita saat malam. Jalur itu minim pencahayaan dari lampu penerangan jalan. 

Dari situ, pihaknya berinisiatif membawa generator set (genset) yang dihidupkan menggunakan gas alam. 

Benar saja, sumber energi terbarukan ini mampu menghasilkan energi listrik hingga lampu jalan menyala terang. 

"Sebenarnya bisa pakai tenaga surya (PLTS), tapi di sini kan sering mendung. Jadi kita manfaatkan gas rawa sesuai potensi yang ada, " katanya

Tak berhenti di situ. Sumber energi ini akan dimanfaatkan untuk mengeringkan kapulaga. 

Mengingat Desa Bantar adalah sentra penghasil kapulaga di Banjarnegara.

Pengeringan kapulaga secara manual di wilayah pegunungan selama ini kerap terkendala cuaca. 

Mendung dan hujan kerap melanda. 

Pemanfaatan energi gas untuk pengeringan kapulaga bisa jadi solusi atas masalah itu. 

Bahan bakar alternatif ini juga akan dimanfaatkan sebagai penggerak pompa air yang selama ini masih menggunakan bahan bakar fosil. 

"Bisa untuk pompa. Untuk listrik juga . Kalau sudah jadi listrik, bisa dipakai untuk berbagai keperluan,”katanya.

20251109_kompor berbahan bakar gas rawa_3
KOMPOR GAS RAWA - Warga Desa Bantar Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara menyalakan kompor berbahan bakar gas rawa yang dialirkan melalui pipa dari separator, Rabu 6 November 2025.

Energi Hijau Melimpah

Ternyata, potensi gas rawa bukan hanya ada di Desa Bantar. 

Pihaknya juga menemukan potensi sama di sejumlah desa lain di Banjarnegara, khususnya di wilayah pegunungan Serayu Utara. 

Hanya pemanfaatan gas rawa secara masif baru dilakukan di tiga desa, yakni Desa Bantar Kecamatan Wanayasa, Desa Pegundungan Kecamatan Pejawaran dan Desa Kalibening Kecamatan Kalibening. 

Kepala Desa Pegundungan Kecamatan Pejawaran, Murti mengatakan, sudah beberapa tahun terakhir sebagian warganya memanfaatkan gas rawa

Sumur gas yang ditemukan di beberapa titik disalurkan ke puluhan rumah warga. Lewat CSR yang difasilitasi Dinas ESDM Provinsi Jateng, potensi gas itu bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan warga. 

Pemanfaatan gas rawa di Desa Pegundungan ini meringankan beban warga karena pengeluaran untuk membeli LPG berkurang. 

"Masyarakat terbantu dengan adanya gas rawa ini, "katanya

Kepala Seksi (Kasi) Energi  Cabang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Serayu Tengah Sigit Widiadi mengatakan, di tiga desa itu, bahan bakar alternatif itu sudah dimanfaatkan warga untuk berbagai keperluan, khususnya  memasak. 

"Sebenarnya ada banyak titik. Cuma jika mau dikembangkan, kita mempertimbangkan yang potensinya besar. Biar manfaatnya untuk warga luas," katanya

Ia menjelaskan, gas rawa terbentuk melalui proses dekomposisi bahan organik hingga menghasilkan gas metana.

Bisa jadi, tempat munculnya gas tersebut dulunya adalah rawa purba. 

Dikatakannya, gas rawa yang dikembangkan di Jawa Tengah adalah bagian dari transisi energi. 

Penggunaan gas rawa membantu mengurangi ketergantungan terhadap Liquefied Petroleum Gas (LPG).  

Gas rawa juga lebih ramah lingkungan karena rendah emisi karbon. 


“Rendah emisi, untuk hidupkan genset gak keluar asap seperti kalau pakai BBM,”katanya

Terlebih jika berhasil diubah jadi tenaga listrik, pemanfaatan gas rawa bisa lebih diperluas. 

Di sisi lain, ia mengungkap tantangan pemanfaatan gas rawa adalah pengadaan instalasi yang mahal, khususnya separator. 

Selain itu, penggunaan pipa Polyvinyl Chloride (PVC) juga rawan rusak karena faktor alam dan manusia. 

“Misal tidak sengaja kena pacul petani, akhirnya pecah dan bocor,”katanya

Untung saja risiko terjadinya insiden akibat penggunaan gas rawa ini kecil. Ia memastikan gas rawa lebih aman dengan risiko ledakan kecil karena tekanan yang rendah di banding LPG. 

Penggunaan sumber energi terbarukan, menurut dia, sangat mungkin dilakukan di manapun. 

Jika tak memiliki potensi gas rawa, kemandirian energi bisa diwujudkan  dengan cara lain. 

Sebagian masyarakat saat ini yang sudah mulai memanfaatkan biogas hasil penguraian limbah organik atau kotoran ternak. 

Baca juga: 8 Tahun Manfaatkan Gas Rawa, Warga Rajek Grobogan Tak Pusing Elpiji Langka

Sejumlah peternak sapi di Banjarnegara misalnya, kini memiliki digester untuk memproduksi biogas dari kotoran sapi. 

3 ekor sapi bisa memproduksi biogas untuk kebutuhan 6 rumah tangga. Biogas biasa dipakai untuk memasak sehingga tak lagi tergantung dengan LPG. 

Pemanfaatan energi terbarukan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) juga sudah mulai familiar di masyarakat. 

Beberapa Pondok Pesantren di Banjarnegara bahkan sudah berhasil mengaplikasikan PLTS untuk kebutuhan listrik santri. 

"Di sini banyak peternak, itu juga potensi biogas. Jadi yang gak punya gas rawa, bisa bikin biogas dari usaha ternak," katanya katanya. (*)
 

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved