Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Ungaran

Benteng Pendem Ambarawa: Jejak Sejarah Kolonial yang Bangkit Jadi Spot Wisata di Kabupaten Semarang

Benteng Pendem Ambarawa, atau yang memiliki nama resmi Fort Willem I bukan hanya jadi saksi sejarah, tetapi bangkit jadi spot wisata baru di Semarang.

Penulis: Raf | Editor: raka f pujangga
TRIBUN JATENG/REZA GUSTAV PRADANA
NIKMATI KEINDAHAN BANGUNAN - Para pengunjung menikmati suasana lantai dua Benteng Fort Willem I, Bugisari, Lodoyong, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Minggu (16/11/2025). Mereka berfoto di lorong lengkung bercahaya lampu kuning yang tampak megah setelah revitalisasi. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menyimpan banyak warisan bersejarah yang menjadi saksi bisu perjalanan bangsa.

Salah satu yang paling monumental dan kini kembali bersinar adalah Benteng Pendem Ambarawa, atau yang memiliki nama resmi Fort Willem I.

Benteng ini bukan hanya sekadar tumpukan bata tua, melainkan sebuah palagan sejarah yang kini menawarkan pesona arsitektur vintage dan edukasi sejarah yang menarik bagi wisatawan.

Baca juga: Neva Tak Menyangka Benteng Pendem yang Terbengkalai Kini Jadi Destinasi Baru Kabupaten Semarang

Sejarah Abad ke-19: Dibangun di Tengah Rawa

Benteng Fort Willem I mulai dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1834 dan baru selesai secara keseluruhan sekitar tahun 1845 atau 1853.

Penamaan benteng ini diambil dari nama Raja Belanda, Willem Frederik Prins Vans Oranje-Nassau.

Benteng ini dikenal dengan sebutan "Benteng Pendem" oleh masyarakat lokal karena posisi bangunannya yang seolah terpendam atau terkubur di bawah permukaan tanah (atau sering tertutup belukar), sebagai siasat pertahanan Belanda.

Fungsi Awal yang Vital: Barak dan Logistik

Benteng ini didirikan di lokasi yang sangat strategis, berada di jalur pertemuan tiga kota penting: Semarang, Magelang, dan Salatiga.

Fungsi utamanya di masa kolonial adalah:

Barak Militer: Sebagai tempat tinggal dan markas ribuan serdadu Belanda.

Gudang Logistik: Menjadi pusat penyimpanan logistik perang (seperti amunisi, senjata, hingga kendaraan berat) dan kebutuhan makanan.

Penjara: Pada perkembangannya, benteng ini juga difungsikan sebagai penjara, termasuk saat pendudukan Jepang (1942-1945) untuk menahan tahanan.

Benteng ini juga disebut dibangun di atas lahan rawa (dekat Rawa Pening) dengan pondasi kayu jati berukuran besar, membuatnya kokoh dan unik, bahkan mampu bertahan dari guncangan gempa besar.

Perubahan Zaman dan Status Cagar Budaya

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved