Berita Kabupaten Tegal
Program Speling Sukses Deteksi Warga Terpapar TBC di Lereng Gunung Slamet Tegal
Suirah Kini Bernapas Plong: Program Speling Sukses Deteksi Warga Terpapar TBC di Lereng Gunung Slamet Tegal
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM,TEGAL - Udara di Desa Suniarsih, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, pagi itu membuat tubuh Nova Widiastiti (35) gemetar hingga kedua telapak tangannya saling mengelus-elus lengan, pada Rabu 17 September 2025, lalu. Desa yang terletak di lereng utara Gunung Slamet itu, memang sedang dingin-dinginnya karena musim pancaroba.
Dari dalam dapur, Nova mendengar suara batuk neneknya, Suirah (87). Neneknya sudah mengalami batuk selama satu tahun lebih, tetapi tak kunjung sembuh. Selain itu, nafsu makannya juga berkurang.
Hari itu, Nova berencana mengajak neneknya datang ke Balai Desa Suniarsih yang berjarak tidak jauh dari rumah, hanya sekira 500 meter. Dia mendengar ada pemeriksaan kesehatan gratis.
“Tadinya mbah gak mau karena takut. Tapi saya paksa agar mau ke balai desa,” ungkap Nova menceritakan kejadian dua bulan lalu, saat ditemui di rumahnya wilayah RT 08 RW 02 Desa Suniarsih, Kamis (13/11/2025).
Sesampainya di balai desa, Nova mendampingi neneknya Suirah melakukan cek gula darah, tekanan darah, tinggi badan, hingga berat badan. Dia cukup kaget saat masuk ke ruang pemeriksaan, dokter yang memeriksa adalah dokter spesialis paru, bernama dr Sigit Setiawan dari RS Mitra Siaga Tarub.
Dia baru mengetahui pemeriksaan gratis tersebut merupakan Program Dokter Spesialis Keliling (Speling) dari Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen.
Neneknya lalu mendapatkan pemeriksaan oleh dokter, dicek pernapasannya dan ditanya sesak atau tidak. Dari pemeriksaan tersebut, Suirah dicurigai terpapar penyakit Tuberkulosis (TBC).
“Dari situ kami sekeluarga baru tahu, mbah mengalami TBC. Sebelumnya, hanya mengira batuk biasa,” katanya.
Nova kemudian mendapatkan rujukan agar neneknya melakukan rontgen dan tes laboratorium untuk pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA). Setelah hasilnya positif, neneknya mendapatkan pengobatan yang intensif dari Puskesmas Bojong.
Setelah dua bulan menjalani pengobatan, kondisi batuk yang dialami oleh Suirah saat ini sudah membaik. Nafsu makan yang sebelumnya berkurang kini sudah kembali seperti semula.
“Alhamdulillah, membaik. Saya sangat terbantu dengan program Speling ini, yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Penyakitnya jadi ketahuan dan sembuh karena penanganannya tepat,” jelasnya sambil tersenyum.
Menurut Nova, keberadaan program Speling tersebut semakin mendekatkan masyarakat dengan akses kesehatan. Terlebih untuk Desa Suniarsih yang berada di dekat Gunung Slamet dan jauh dari pusat perkotaan.
Dari desanya jika ingin ke rumah sakit, maka harus turun dulu ke Slawi, Kabupaten Tegal. Persoalannya tidak hanya jarak, tetapi juga membutuhkan kendaraan mobil dan ongkos.
Neneknya, Suirah, selama satu tahun terakhir hanya bisa berobat ke mantri yang lokasinya tidak jauh dari desa. “Saya berharap, program Speling ini ada terus dan rutin, paling tidak dua bulan sekali,” harapnya.
Manfaat dari program Speling tersebut, juga dirasakan oleh pasangan suami istri yang sudah lanjut usia (Lansia), Suharto (69) dan Kustinah (60), warga RT 07 RW 02 Desa Suniarsih. Saat program itu berlangsung di balai desa, keduanya ikut melakukan pemeriksaan.
Kustinah sendiri sudah menderita diabetes melitus (DM) sejak 2011, sedangkan suaminya mengalami batuk. Kini, kondisi suaminya yang sebelumnya mengalami batuk sudah membaik.
“Saya senang ada program Speling. Suami saya sembuh batuknya, sekarang sudah aktivitas lagi seperti ke sawah,” ungkap Kustinah.
Antusias Masyarakat Tinggi
Desa Suniarsih, Kabupaten Tegal berada di perbatasan dengan Desa Gambuhan, Kabupaten Pemalang. Lokasinya cukup jauh dari fasilitas kesehatan (Faskes), baik puskesmas maupun rumah sakit.
Jarak desa dengan Puskesmas Bojong menempuh perjalanan sekira 10 kilometer. Sedangkan untuk mendapatkan pemeriksaan dokter spesialis, paling tidak harus menempuh perjalanan sekira 30 kilometer untuk sampai di rumah sakit yang mayoritas lokasinya berada di perkotaan Slawi.
Kondisi tersebut membuat warga antusias untuk mengikuti program Speling di Balai Desa Suniarsih. Dari perkiraan sejumlah 100 pasien, warga yang datang untuk berobat membludak hingga sebanyak 130 pasien.
“Warga sangat antusias dengan kegiatan Speling ini, karena kita mengundang sejumlah 100 orang dengan kondisi punya penyakit. Ternyata yang membutuhkan lebih banyak,” ujar Ulul Azmi, Sekretaris Desa Suniarsih saat ditemui di kantornya, Kamis (13/11/2025).
Ulul mengungkapkan, ada beberapa alasan warganya sangat antusias dengan program Speling. Pertama, masyarakat menilai berobat ke dokter spesialis itu biayanya mahal. Kegiatan tersebut bagi warga yang kurang mampu terasa sangat membantu.
Di sisi lain, warga saat akan berobat ke dokter spesialis terkendala jarak karena harus ke pusat kota di Slawi. Bahkan sebelum pukul 09.00 WIB, warga sudah menunggu di kursi yang sudah disediakan di balai desa.
“Pemeriksaannya juga gratis untuk masyarakat umum, tidak hanya peserta BPJS Kesehatan. Warga datang cek tensi, gula darah, lalu periksa ke dokter spesialis,” katanya.
Ulul berharap, program Speling ini tidak hanya dilaksanakan satu kali, tetapi bisa dirutinkan paling tidak setahun sekali. Sebab, dengan jumlah penduduk Desa Suniarsih yang mencapai sekira 2.300 jiwa, baru sebagian kecil yang berobat karena keterbatasan waktu yang hanya satu hari.
Selama ini, Pemerintah Desa Suniarsih telah menyediakan ambulans untuk antar jemput warga yang akan berobat. Ketika ada tindak lanjut dari hasil pemeriksaan Speling, pihak desa siap membantu menyediakan ambulans untuk akses kendaraan.
“Harapan saya kegiatan ini rutin minimal satu tahun sekali. Karena memang sangat membantu sekali untuk masyarakat yang belum tersentuh oleh dokter-dokter spesialis,,” ungkapnya.
Sesuaikan Kebutuhan Masyarakat
Desa Suniarsih di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, saat pelaksanaan program Speling didatangi oleh dokter spesialis dari RS Mitra Siaga Tarub. Tiga dokter dihadirkan, yaitu dokter spesialis kandungan dr Viviana Dewi, dokter spesialis anak dr Ratna Dwi Sunhaya, dan dokter spesialis paru dr Sigit Setiawan.
Dokter spesialis yang didatangkan menyesuaikan dengan kebutuhan kesehatan masyarakat. Selain itu, juga menyelaraskan dengan program nasional, seperti kesehatan ibu dan anak, pengentasan stunting, dan deteksi TBC.
“Jadi untuk program Speling, di awal itu dari rumah sakit, dinas kesehatan (Dinkes), dan puskesmas, survei ke desa sasaran. Kita komunikasikan, apa yang banyak dikeluhkan, butuhnya apa, jadi kita menyesuaikan,” kata dr Surya Adi Prakoso, Manajer Pelayanan dan Penunjang Medis RS Mitra Siaga Tarub di kantornya, Selasa (18/11/2025).
Dari survei yang dilakukan, kebutuhan warga di antaranya adalah pengecekan kesehatan ibu hamil dan janin yang jarang terkontrol karena jarak rumah sakit untuk berobat jauh. Kehadiran dokter spesialis kandungan untuk konsultasi dan pemeriksaan Ultrasonografi (USG), sekaligus upaya pencegahan stunting.
Sedangkan kebutuhan dokter spesialis anak di desa tersebut, karena tidak sedikit anak dinyatakan stunting dan kekurangan gizi.
“Kalau untuk dokter spesialis paru itu karena di sana dicurigai banyak kasus TBC. Tetapi warga banyak yang tidak tahu, kami lakukanlah skrining,” ungkapnya.
Surya menjelaskan, dokter spesialis paru melakukan pemeriksaan terhadap sebanyak 30 warga. Hasilnya, sekira 10 warga dicurigai positif TBC. Mereka lalu diarahkan untuk pengecekan darah dan tes laboratorium BTA di puskesmas.
Menurutnya, TBC saat ini memang menjadi perhatian di Jawa Tengah, karena banyak orang tidak menyadari telah terpapar penyakit tersebut. Tidak sedikit juga yang memang tidak mengalami gejala batuk.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis itu cenderung mudah menular di wilayah tropis seperti Indonesia, khususnya wilayah pedesaan yang rumahnya berdempetan.
“TBC ada juga yang menyebut penyakit Mimicker atau menyerupai penyakit lain, seperti batuk, hilangnya nafsu makan, atau tanpa gejala. Sehingga kami datangkan dokter spesialis paru yang lebih memahami ciri-cirinya,” jelasnya.
Menurut Surya, pihaknya sangat antusias dengan adanya program Speling dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Selama ini, RS Mitra Siaga Tarub sudah rutin melaksanakan program kemanusian dengan pengobatan gratis.
Tetapi dia mengusulkan, agar lokasi sasaran desa tidak jauh dengan rumah sakit. Sehingga masyarakat yang telah mendapatkan pemeriksaan, bisa menindaklanjuti kepada dokter yang sama.
“Selain itu juga bisa dikomunikasikan di awal tahun. Jadi program ini bisa benar-benar terkonsep dan jika bisa tidak cuma sehari, bisa diintensifkan atau dilakukan di beberapa titik,” sarannya.
Selaras dengan Eliminasi TBC
Pemerintah Kabupaten Tegal saat ini tengah melakukan upaya serius dalam mengentaskan penyakit TBC. Tercatat berdasarkan data Dinkes Kabupaten Tegal, tahun ini sudah ditemukan sebanyak 4.000 penderita TBC dari target sebanyak 6.000 jiwa.
Keberadaan program Speling tersebut selaras dengan target eliminasi TBC pada 2030.
Kepala Dinkes Kabupaten Tegal, dr Ruszaeni mengungkapkan, Pemkab Tegal saat ini tengah serius melakukan skrining terhadap penderita penyakit TBC dan upaya rehabilitasi hingga sembuh total.
Langkah preventif dilakukan dengan menggencarkan skrining mandiri, jika dicurigai menderita TBC, maka akan mendapatkan pemeriksaan gratis meliputi Tes Cepat Molekuler (TCM) dan tes laboratorium BTA.
Waktu pengobatan dibutuhkan selama enam bulan, dua bulan adalah fase intensif meliputi cek laboratorium dan pengobatan, sisanya empat bulan adalah fase telaten.
“Setelah ditemukan maka akan diobati gratis tidak dipungut biaya sepeserpun sampai pasien itu sembuh. Makannya dikenal istilah TOS, yaitu temukan obati sampai sembuh,” katanya saat ditemui di kantor, Rabu (19/11/2025).
Menurut Ruszaeni, kegiatan Speling yang merupakan program dari Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen, selaras dengan upaya eliminasi TBC yang sedang digencarkan Pemkab Tegal.
Sebagai contoh di Desa Suniarsih, di sana banyak kasus penyakit yang dicurigai adalah TBC. Penyakit ini perlu perhatian serius karena tampak seperti batuk biasa, terkadang ada juga yang tanpa gejala.
Melalui program Speling, masyarakat yang diidentifikasi dengan penyakit tertentu, maka akan ditindaklanjuti untuk mendapatkan rujukan ke puskesmas atau rumah sakit.
“Jadi sebetulnya, roh program Speling ini untuk mendekatkan layanan, di mana dokter spesialis hadir di tengah masyarakat,” jelasnya.
Ruszaeni mengatakan, program Speling ini juga membantu mendeteksi kesehatan janin dan ibu hamil. Dalam beberapa kasus, ada yang mengalami kelainan letak janin, gerak janin rendah, ataupun kelainan plasenta bawah.
Kemudian ada kasus anak-anak yang bermasalah dengan gizi, seperti stunting ataupun berat badan rendah.
“Jika kasus stunting ataupun kurang gizi pada anak ini banyak ditemukan saat program Speling di wilayah Kecamatan Bumijawa. Tentu ini menjadi catatan kami,” ungkapnya.
Terealisasi dengan Baik
Program Speling di Kabupaten Tegal, sudah terealisasi dengan baik dengan sasaran sebanyak tujuh desa dan melibatkan tujuh rumah sakit. Sasaran yang sudah terlaksana, yaitu Desa Suniarsih, Desa Lengkong, Desa Sokasari, Desa Cikura, Desa Kejenengan, Desa Pamiritan, dan Desa Harjowinangon.
Suksesnya program tersebut tidak terlepas dari peran rumah sakit daerah dan rumah sakit swasta. Program Speling sudah berlangsung sejak Maret 2025, sejak diluncurkan oleh Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi.
“Speling ini berjalan lancar dan dapat dikatakan sukses karena dirasakan oleh masyarakat secara langsung,” ungkap Ruszaeni.
Ruszaeni melihat, masyarakat merasakan kemudahan mendapatkan pelayanan dokter spesialis tanpa harus jauh-jauh datang ke rumah sakit dan gratis. Dia berharap program tersebut dapat dilaksanakan rutin dan berkala.
“Harapannya jika program Speling akan dilanjutkan, maka lokus ditentukan oleh masing-masing rumah sakit sesuai wilayah binaannya. Sehingga mereka dapat mempromosikan kepada masyarakat tentang layanan unggulannya,” katanya.
Mengutip dalam website humas.jatengprov.go.id, Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi mengungkapkan, program Speling selaras dengan Asta Cita Presiden untuk memberikan layanan kesehatan terbaik dan gratis sampai tingkat desa.
Program Speling sudah menjangkau sebanyak 706 desa di Jawa Tengah, sejak Maret 2025. Sedangkan masyarakat yang sudah terlayani oleh program Speling dan Cek Kesehatan Gratis (CKG) ini mencapai 10 juta jiwa.
Menurut Luthfi, upaya tersebut dilakukan karena masyarakat di desa jarang tersentuh oleh dokter spesialis. Harapannya, program Speling mampu mendekatkan layanan kesehatan kepada masyarakat desa.
“Kalau seluruh desa sehat, maka kecamatannya sehat. Kalau kecamatannya sehat, maka kabupatennya sehat. Kalau kabupatennya sehat, berarti provinsinya sehat. Basisnya tetap dari desa,” ungkap Luthfi saat meninjau program Speling bersama Wakil Menteri Kesehatan RI, Benjamin Paulus Oktavianus di Boyolali, pada Rabu 5 November 2025. (fba)
| Pendapatan RAPBD Kabupaten Tegal tahun 2026 Sebesar Rp 2,818 triliun, Turun Dibandingkan 2025 |
|
|---|
| 17 OPD Ikuti Uji Publik Keterbukaan Informasi yang Digelar Pemkab Tegal |
|
|---|
| ADD Dipangkas Rp 17 Miliar, Paguyuban Kades Audiensi dengan Bupati dan Ketua DPRD Kabupaten Tegal |
|
|---|
| Beromzet Rp150 Juta Sebulan, Rio Raih Top 5 Wirausaha Pemuda Kabupaten Tegal 2025 |
|
|---|
| Bupati Tegal Ischak: Mutu Kesehatan Tentukan Masa Depan Bangsa |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/20251121_tegal.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.