Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jepara 

Petani Bungu Jepara Sambut Harapan Lewat Revitalisasi Irigasi: Dari Kopi Hingga Markisa Siap Bangkit

Senyum para petani di Desa Bungu, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, perlahan kembali merekah

Penulis: Tito Isna Utama | Editor: muslimah
Humas Pemkab Jepara
BERDIALOG - Bupati Jepara, Witiarso Utomo saat menemui para KelompoK Tani Tani Subur Makmur II di Desa Bungu, Kecamatan Mayong. 

TRIBUNJATENG.COM, JEPARA - Senyum para petani di Desa Bungu, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, perlahan kembali merekah. 

Di tengah lahan yang mulai hijau kembali, mereka menaruh harapan besar pada proyek revitalisasi jaringan irigasi yang tengah dikerjakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali - Juana melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2025.

Bagi Supaat (52), Ketua Kelompok Tani Subur Makmur II, aliran air bukan sekadar urusan sawah.

Hal Itu adalah nyawa dari kehidupan petani di desanya. 

“Kalau air lancar, hasil panen bisa dua kali lipat. Bukan hanya padi, tapi juga tanaman lain seperti kopi dan markisa,” ujar Supaat kepada Tribunjateng, Rabu (8/10/2025).

Selama bertahun-tahun, petani di Desa Bungu harus bergantung pada curah hujan dan sumber air alami yang kian menipis. 

Debit air dari mata air di wilayah hulu menurun drastis, membuat masa tanam kerap molor dan hasil panen tak stabil. 

Namun, proyek peningkatan irigasi yang tengah berjalan kini memberi angin segar bagi mereka.

Melalui revitalisasi ini, jaringan irigasi baru diproyeksikan mampu mengairi hingga 18 hektare lahan pertanian.

Tak hanya sawah, namun juga lahan-lahan produktif yang ditanami kemiri, markisa, dan kopi - tiga komoditas andalan desa tersebut.

“Tahun lalu kami masih bisa menghasilkan 15 ton kopi dan 4 ton kemiri. Tapi dengan irigasi yang lebih baik, kami yakin hasilnya bisa lebih besar,” ujarnya.

Ia menuturkan, hasil panen para petani kini mulai diolah menjadi produk turunan seperti minyak kemiri, sirup markisa, dan biji kopi olahan. 

Upaya ini dilakukan agar nilai jual meningkat, sekaligus menekan ketergantungan pada tengkulak.

Bagi para petani, proyek irigasi bukan sekadar pembangunan fisik, melainkan titik balik menuju kemandirian pangan dan kesejahteraan desa.

“Air yang mengalir ini seperti harapan baru bagi kami,” ucap Supaat lirih, menatap sawahnya yang mulai basah kembali.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved