Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kudus

Ribuan Santri Meriahkan Jalan Sehat Peringatan 100 Tahun Madrasah TBS Kudus

Ribuan santri Madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus mengikuti jalan sehat pada Minggu (16/11/2025).

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG/Rifqi Gozali
JALAN SEHAT - Ribuan santri mengikuti jalan sehat peringatan seabad Madrasah TBS Kudus, Minggu (16/11/2025). 

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Ribuan santri Madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus mengikuti jalan sehat pada Minggu (16/11/2025).

Jalan sehat kali ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan seabad atau 100 tahun madrasah TBS Kudus.

 

Ribuan santri tersebut memadati sepanjang Jalan Turaichan Adjhuri atau tepatnya di depan MA NU TBS. Masing-masing para santri mengenakan kaus, sarung batik, dan peci. Sementara mereka yang putri sebagian besar mengenakan sarung batik, baju panjang dan kerudung.

 

Banyaknya santri dari Madrasah TBS ini menandakan bahwa lembaga pendidikan Islam ini merupakan lembaga tua yang telah meluluskan puluhan ribu santri atau bahkan lebih yang tersebar ke berbagai lapisan masyarakat.

Kini setelah 100 tahun berdiri, Madrasah TBS masih eksis dengan berbagai jenjang pendidikan sejak usia dini sampai tingkat atas.

 

TBS sebagai lembaga yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU) tersebut telah ada sejak zaman kolonial. Ia berdiri pada 7 jumadal akhirah 1347 hijriah atau bertepatan dengan tanggal 21 November 1928 masehi.

Peringatan 100 tahun ini didasarkan dalam penanggalan hijriah.

Baca juga: Festival Keluarga Sehat 2025 Hadir 2 Hari di Alun-alun Kudus, Sedot Ribuan Warga Berbagai Usia

 

Satu di antara rangkaian peringatan 100 tahun ini yaitu jalan sehat yang diikuti ribuan santri. Tambah menarik karena dalam jalan sehat ini terdapat berbagai hadiah menarik mulai dari umrah, sepeda motor listrik, sepeda listrik, dan sejumlah perangkat elektronik lainnya.

 

Salah seorang santri Madrasah TBS yaitu Ahmad Ihyaul Fikri yang kini duduk di bangku kelas IX Madrasah Tsanawiyah (MTs) TBS Kudus.

Santri asal Kaliwungu Kudus tersebut merasa bangga bisa ikut serta memeriahkan 100 tahun usia lembaga tempat dia belajar.

 

“Setelah dari MTs nanti rencana mau lanjut ke Madrasah Aliyah TBS,” kata Fikri.

 

Dari lembaga ini, kata Fikri, dia banyak mendapatkan pelajaran berharga. Mulai dari pelajaran etika dan moral yang bersumber dari ajaran agama, dia juga mendapatkan banyak ilmu pengetahuan yang sifatnya praktis yang kelak bisa digunakan sebagai landasan dalam menjalani hidup bermasyarakat.

 

Ketua Panitia Peringatan 100 Tahun TBS, Salim menjelaskan, dipilihnya jalan sehat sebagai salah satu rangkaiannya karena ingin mengumpulkan seluruh santri yang saat ini masih belajar di TBS sekaligus mengumpulkan para alumni yang saat ini sudah tersebar ke berbagai wilayah.

Ajang ini sekaligus menjadi penanda bahwa TBS yang ada sejak era kolonial sampai saat ini masih eksis.

 

“Jalan sehat ini juga bertujuan menyinergikan anak atau santri yang masih belajar dan yang sudah alumni untuk menjaga kesehatan,” kata Salim.

 

Rute jalan sehat ini dimulai sejak Jalan Turaichan Adjhuri menuju Jalan Ahmad Dahlan kemudian ke Jalan R Asnawi, Jalan Sunan Kudus, Jalan Pangeran Puger, dan kembali Jalan Turaichan. Tak pelak ribuan santri ini pun memenuhi sepanjang rute tersebut.

 

“Kami juga ingin menunjukkan kalau TBS ini lembaga yang masih eksis dan layak, dan kami berharap masyarakat terutama yang anaknya belajar di sini ikut mendoakan agar anaknya mudah dalam menerima ilmu. Gurunya sehat dalam mengabdi di madrasah,” kata Salim.

 

Peringatan 100 tahun TBS ini mengangkat tema Meneguhkan Pondasi, Membangun Peradaban. Bagi Salim, tema ini memiliki arti penting sebagai lembaga pendidikan berhaluan NU haruslah mengedepankan toleransi sebagai akar dari kehidupan sosial masyarakat. Kemudian maksud dari membangun peradaban yakni dengan ilmu yang diperoleh para santri selama menempuh pendidikan di TBS diharapkan bisa menjadi acuan dalam membangun peradaban yang lebih beradab.

 

“Ilmu yang kami sampaikan bersumber dari kitab-kitab salafiyah (kitab kuning) yang sumbernya dari alquran dan hadis, tetapi tidak menutup kemungkinan kami menerima perubahan yang ada. Sehingga santri TBS bisa diterima di semua kalangan,” kata dia.

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved