Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribunjateng Hari ini

Lengan Satu Santri Terpaksa Diamputasi di Reruntuhan Pesantren Buduran

Tiga santri tewas dalam insiden musala ambruk di Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo.

Penulis: Achiar M Permana | Editor: galih permadi
Tribunjateng/bramkusuma
Jateng Hari Ini Rabu 1 Oktober 2025 

"Seluruh biaya jika itu dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) akan ditanggung Pemkab Sidoarjo, sementara untuk biaya layanan kesehatan lain termasuk biaya rumah sakit swasta ditanggung oleh Pemprov Jatim," kata Khofifah, saat mengunjungi lokasi runtuhnya bangunan musala Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo, Selasa dini hari. 

Khofifah menyatakan, pihaknya tidak ingin keluarga korban yang tertimpa musibah terbebani oleh biaya layanan kesehatan.

Menurutnya, pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim telah melakukan koordinasi dengan semua pihak rumah sakit yang menjadi rujukan pasien korban kejadian tersebut guna menyelesaikan biaya layanan kesehatan seluruh santri yang menjadi korban.

Adapun ketiga rumah sakit yang menjadi rujukan tersebut adalah RSUD Sidoarjo, RS Islam Siti Hajar, serta RS Delta Surya Sidoarjo. 

Amputasi

Tim medis RSUD Notopuro, Sidoarjo, mengamputasi salah satu santri korban ambruknya Pesantren Buduran, agar bisa diselamatkan dari himpitan reruntuhan bangunan. 

Direktur Utama RSUD Notopuro, dr Atok Irawan mengatakan, kini tim medis masih merawat delapan korban seusai insiden ambruknya mushala tiga lantai di Ponpes Al Khoziny tersebut. 

"Delapan sekarang rawat inap, (termasuk) yang tadi malam (dievakuasi) satu orang yang di ICU, habis diamputasi di tempat kejadian," kata Atok, saat ditemui di RSUD RT Notopuro, Selasa (30/9/2025). 

Atok menyebut, pihaknya terpaksa melakukan amputasi lengan kiri korban saat proses evakuasi.

Kemudian, ada pihak keluarga yang protes karena merasa tidak dimintai persetujuan.

Akhirnya, kata Atok, salah satu petugas medis RSUD langsung menjelaskan kondisi yang ada di lokasi.

Menurut dia, langkah tersebut diambil karena alasan darurat. 

"Tadi malam sempat yang diamputasi di tempat, keluarga sempat protes, enggak setuju. Ya gimana kalau kondisi darurat, sempat nanya 'Siapa yang mengizinkan?'," tutur Atok. 

"Untungnya dokter kami menjelaskan dengan lembut, dengan sabar, alhamdulillah, (keluarga santri) bisa menerima. Karena situasinya sempit, ini juga sebenarnya membahayakan jiwa nakes kami," tambah dia. 

Selanjutnya, dokter yang bertugas langsung melakukan penanganan pertama setelah proses amputasi.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved