Breaking News
Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tribunjateng Hari ini

Perjuangan Guru SD di Bangkalan Antar-Jemput Siswa Pakai Motor Niaga Roda 3

Sulasmiyati, guru SDN Pangeranan 1, Kecamatan/Kabupaten Bangkalan, Madura, rela antar-jemput siswa saban hari agar mereka mau sekolah.

Penulis: Yayan | Editor: M Syofri Kurniawan
Tribunjateng/bramkusuma
Jateng Hari Ini Selasa 11 November 2025 

TRIBUNJATENG.COM, BANGKALAN — Sulasmiyati tak pernah lelah berjuang, agar anak didiknya di SDN Pangeranan 1, Kecamatan/Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur (Jatim), tak putus sekolah.

Saban hari, ia rela antar-jemput siswa menggunakan motor niaga beroda tiga.

Meski sering mogok, motor niaga warna hijau itu setiap hari ia gunakan untuk mengantar dan menjemput siswa di di pesisir Bangkalan.

Baca juga: Duduk Perkara Rasnal, Mantan Kepsek SMAN 1 Yang Tak Dapat Gaji 1 Tahun Karena Bela Guru Honorer

Baca juga: Berawal Sita HP Siswi, Eko Guru SMP Dianiaya Suami Anggota DPRD, Keluarga Sampai Trauma

PEJUANG PENDIDIKAN - Sulasmiyati, guru SD di Bangkalan, Jawa Timur, saat hendak mengantar siswa pulang sekolah.
PEJUANG PENDIDIKAN - Sulasmiyati, guru SD di Bangkalan, Jawa Timur, saat hendak mengantar siswa pulang sekolah. (KOMPAS.com/Yulian Isna Sri Astuti)

Perempuan yang akrab disapa Sulas ini telah mengabdikan diri sebagai guru sekolah dasar selama 18 tahun.

Sulas memulai kariernya di salah satu sekolah di Kecamatan Tragah, sekitar 20 kilometer dari rumahnya.

“Saat itu saya mulai menerapkan sistem antar jemput karena banyak anak yang tidak mau sekolah lantaran jaraknya jauh,” kenangnya, Senin (10/11).

Setelah beberapa tahun, Sulas berpindah tugas ke SDN Kemayoran 1, dan sejak 2019 mengajar di SDN Pangeranan 1 hingga sekarang.

“Waktu awal masuk di sini, siswanya sangat sedikit. Bahkan di kelas saya hanya ada dua orang,” ujarnya.

Melihat kondisi itu, Sulas mulai berkeliling dari rumah ke rumah mencari anak-anak putus sekolah di sekitar tempat tinggalnya.

Ia mengajak mereka kembali bersekolah, meski sebagian besar berasal dari keluarga kurang mampu.

Untuk membantu, Sulas mencari seragam bekas layak pakai dan menerima sumbangan dari pihak luar agar para siswa bisa tetap belajar.

“Rata-rata mereka berhenti sekolah karena masalah ekonomi,” jelasnya.

Sejak saat itu, ia rutin mengantar jemput siswa dengan motor pribadinya, meski saat itu statusnya masih guru honorer.

“Saya mulai menjemput anak-anak sejak pukul 05.30 pagi. Sekitar 15 siswa setiap hari,” tuturnya.

Banyaknya siswa putus sekolah membuatnya harus bekerja lebih keras. Sebagian besar murid tidak bisa membaca maupun menulis karena tidak pernah mengenyam pendidikan taman kanak-kanak.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved