Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Nasional

Menbud Fadli Zon Beberkan Tiga Bukti Indonesia Sebagai Pusat Peradaban Purba

Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, mengemukakan gagasan “Out of Nusantara”.

Penulis: Val | Editor: rival al manaf
Istimewa
MENTERI KEBUDAYAAN - Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, mengemukakan gagasan “Out of Nusantara” yang menegaskan wilayah Indonesia sebagai pusat peradaban purba 

TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, mengemukakan gagasan “Out of Nusantara” yang menegaskan wilayah Indonesia sebagai pusat peradaban purba dan evolusi manusia tertua di dunia saat membuka konferensi internasional prasejarah dan protosejarah UISPP Inter-Regional Conference 2025 di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga.

Forum bertajuk “Asian Prehistory Today: Bridging Science, Heritage, and Development” ini dihadiri oleh para sejarawan, arkeolog, paleoantropolog, peneliti dan pemangku kebijakan dari 40 negara yang berlangsung di Salatiga (UKSW), Museum Manusia Purba Sangiran, dan Museum Ullen Sentalu Yogyakarta dari 27 Oktober hingga 6 November 2025.  

Dalam pernyataannya, Menteri Kebudayaan menegaskan bahwa selama ini dunia bertumpu pada narasi ‘Out of Africa’ sebagai fondasi konsep persebaran manusia modern.

“Hari ini, Indonesia mengajukan perluasan cara pandang bahwa kita juga perlu berbicara tentang ‘Out of Asia’, bahkan ‘Out of Nusantara’.

Indonesia tidak lagi hanya dipandang sebagai lokasi temuan, tetapi sebagai pusat yang menentukan cara dunia memahami asal-usul manusia dan perjalanan peradaban,” ujar Menbud.

Menurut Menbud, konsep ‘Out of Nusantara’ merupakan posisi ilmiah berbasis bukti arkeologis dan paleoantropologis yang tersimpan di kepulauan Indonesia.

“Wilayah nusantara ini merupakan laboratorium awal evolusi biologis, teknologi, dan imajinasi simbolik manusia. Indonesia harus diakui sebagai salah satu poros utama dalam sejarah peradaban manusia awal, termasuk kemampuan navigasi laut, adaptasi lingkungan ekstrem, perkembangan teknologi logam awal, serta lahirnya narasi visual melalui lukisan gua purba tertua di dunia puluhan ribu tahun lalu,” tegasnya.

Dalam pidatonya, Menbud juga menyampaikan beberapa garis bukti ilmiah yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat peradaban manusia tertua di dunia. Bukti pertama ialah jejak Homo erectus (sebelumnya dinamakan Pithecanthropus erectus) yang ditemukan oleh Eugène Dubois di tepian Bengawan Solo, dikenal dunia sebagai ‘Java Man’ atau pada masanya disebut penemuan ‘missing link’. “Penemuan ini menempatkan Indonesia sebagai fondasi dari cabang ilmu paleoantropologi modern. Selain itu, tercatat lebih dari 60 persen fosil Homo erectus dunia ditemukan di wilayah Indonesia,” ujar Menbud.

Menbud juga mengumumkan bahwa pada akhir September lalu Indonesia berhasil memulangkan Koleksi Dubois dari Belanda, sejumlah 28.131 fosil termasuk material asli Homo erectus dari Trinil. Ia menyebut langkah ini sebagai tonggak keadilan sejarah dan kedaulatan budaya Indonesia. 

“Selama lebih dari satu abad, dunia memperdebatkan asal-usul manusia menggunakan fosil yang ditemukan di Indonesia, sementara sebagian besar rakyat Indonesia bahkan tak bisa melihat fosil-fosil itu di tanah air. Era itu berakhir sekarang, dengan repatriasi Koleksi Dubois kembali ke Indonesia. Ini merupakan keberhasilan kita dalam menuntut keadilan restoratif, rekonsiliasi historis, dan kedaulatan ilmiah yang akan menentukan masa depan riset global di akar budayanya, Indonesia,” tegas Fadli Zon.

Bukti kedua menurut Menbud ialah temuan-temuan terkini dari berbagai gua dan situs-situs purba di bebagai wilayah Nusantara.

“Indonesia memiliki lukisan naratif tertua di dunia, berusia sekitar 51.200 tahun yang ditemukan di gua Leang Karampuang, Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. Lukisan ini menggambarkan hewan, figur manusia, interaksi antar-tokoh bahkan gambar perahu-perahu yang menunjukkan kemampuan bercerita visual lebih dari 51 milenium lalu,” jelasnya.

Selain itu, jejak awal Homo sapiens lebih dari 60.000 tahun lalu di Gua Lida Ajer, Sumatra Barat, juga merupakan salah satu bukti tertua di dunia bahwa manusia modern mampu hidup dan beradaptasi di ekosistem hutan hujan tertutup, bukan hanya sabana terbuka. Sementara Gua Harimau di Sumatra Selatan juga memperlihatkan kesinambungan budaya dari sekitar 22.000 tahun lalu dengan temuan tembikar, alat tulang, logam tembaga, perunggu dan besi awal dari sekitar abad ke-4 SM hingga abad ke-1 M. Bahkan ditemukan pula jejak penyakit anemia dan malaria pada manusia purba di gua ini. Bentang karst Sangkulirang–Mangkalihat di Kalimantan Timur juga menyimpan ribuan gambar purba yang bercerita tentang perburuan, tari, hingga ritual kolektif. Situs ini tengah diarahkan Indonesia menuju pengakuan Warisan Dunia UNESCO sebagai lanskap budaya–alam bernilai universal.

Salah satu bukti paling kuat, menurut Fadli Zon, terdapat di gua Liang Kobori di kawasan karst Muna, Sulawesi Tenggara yang merekam perahu, perburuan kolektif di perairan, dan penggembalaan hewan. “Ini menunjukkan bahwa manusia awal di Nusantara sudah dapat mengarungi lautan dan sudah memiliki tradisi maritim. Lukisan-lukisan purba ini menunjukkan memori visual dunia maritim Austronesia yang nantinya turut membentuk identitas kepulauan Asia Tenggara dan Indo-Pasifik,” jelas Fadli.

 “Ini menunjukkan bahwa manusia purba Nusantara bisa berekspansi melalui jalur laut, tak hanya berjalan menyusuri benua seperti yang selama ini didiskusikan dalam teori ‘Out of Africa’. Gagasan ‘Out of Nusantara’ menjadi semakin kuat dengan adanya bukti-bukti ini, bahwa persebaran manusia purba tidak hanya bersifat satu arah dari Afrika, melainkan dapat bermula justru dari wilayah Nusantara, atau ‘Out of Nusantara’ “

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved