Tribun Jateng Hari Ini
Tangan Dingin Marjo Lahirkan Puluhan Film Pendek dari Desa Sinema Kepunduhan Kabupaten Tegal
Dari Desa Sinema Kepunduhan tercipta puluhan karya film pendek yang berhasil meraih berbagai penghargaan tingkat daerah, provinsi, sampai nasional.
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: Vito
TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Sejumlah orang tampak terlibat dalam proses pembuatan film pendek, di sebuah desa yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan dan gemerlap dunia di Kabupaten Tegal, Sabtu (22/11).
Mereka pun memiliki tugas atau peran masing-masing, ada yang sebagai pemain, kameramen, pengatur lampu, suara, pencahayaan, dan lain-lain.
Orang-orang itu rupanya merupakan pelajar yang sedang melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Desa Kepunduhan, Kecamatan Kramat, kabupaten Tegal.
Semuanya dipantau dan dipandu langsung Marjo Klengkam Sulam bersama dua orang lain yang sudah biasa terlibat dalam proses produksi film pendek. Marjo merupakan pendiri sekaligus Ketua Yayasan Desa Sinema Kepunduhan Kabupaten Tegal.
Diketahui, dari Desa Sinema Kepunduhan tercipta puluhan karya film pendek yang berhasil meraih berbagai penghargaan tingkat daerah, provinsi, sampai nasional.
Melalui tangan dingin Marjo, tercipta sebuah wadah, rumah, dan pusat pembuatan film pendek yang menjadikan desa itu dikenal sebagai 'desa sinema'.
Marjo tidak sendiri. Ia memiliki tim yang cukup solid di belakang layar, yakni para sineas, komunitas perfilman, dan masih banyak lagi, termasuk warga desa setempat.
Marjo bercerita, komunitas terbentuk sejak 2013, dan nama Desa Sinema Kepunduhan mulai dipakai sejak 2018. Kemudian, aktivitasnya memproduksi film sah secara formal pada 2021, dan terus berlanjut sampai saat ini dengan puluhan karya film pendek telah tercipta.
Desa Sinema Kepunduhan berawal dari aktivitas Marjo dan teman-teman di komunitas yang hobi membuat naskah cerita dan membuat video yang diunggah di kanal youtube.
Menurut dia, sebutan desa sinema itu muncul setelah mereka terlibat membantu pemerintah desa menyosialisasikan program kerja, hingga memproduksi film pendek untuk penyampaian kritik dan saran warga.
"Mayoritas yang terlibat dalam Desa Sinema Kepunduhan merupakan teman-teman komunitas dari berbagai daerah, seperti Brebes, Kota Tegal, dan Slawi. Tapi warga Desa Kepunduhan juga ada yang berpartisipasi, seperti ikut main dalam film ataupun lainnya," katanya, saat ditemui Tribunjateng.com, Sabtu (22/11).
Marjo menuturkan, hingga kini sudah memproduksi 30 film pendek, meliputi 27 film pendek dengan rata-rata berdurasi 5 menit dan 15 menit, serta tiga film pendek durasi 3 menit.
Dari film yang diproduksi, ia menyebut, sudah ada belasan penghargaan yang diraih, baik tingkat daerah Kabupaten Tegal, Provinsi Jateng, maupun Nasional.
"Di tingkat Provinsi Jateng ada sebanyak empat penghargaan, kemudian tingkat Nasional ada dua penghargaan, dan selebihnya festival film Tegal," jelasnya.
Ke depan, Marjo pun berkeinginan memproduksi sebuah film berdurasi panjang. "Kami ingin membuat film berdurasi lebih panjang. Keinginan kami tidak muluk-muluk, minimal nantinya bisa tayang di bioskop lokal sini," ucapnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/latihan-produksi-film-pendek-di-desa-sinema-kepunduhan.jpg)