UIN SAIZU Purwokerto
Ketahanan Keluarga sebagai Jalan Moderasi, Belajar dari Komunitas Trikarso
Ketahanan Keluarga sebagai Jalan Moderasi, Belajar dari Komunitas Trikarso
Oleh: Prof. Dr. Syufaat, M.Ag. dan Enjen Zaenal Mutaqin, M.Ud.
Pada titik-titik krusial dalam sejarah umat manusia, keluarga selalu menjadi tempat pulang dari guncangan sosial, ekonomi, dan spiritual.
Dalam konteks Indonesia, terutama di tengah arus politik identitas dan tekanan ekonomi global, ketahanan keluarga tak hanya penting sebagai unit sosial terkecil, melainkan sebagai medan praksis nilai-nilai moderasi beragama yang membumi.
Namun, perbincangan moderasi sering kali melambung dalam ruang abstraksi: dipresentasikan dalam seminar, dirumuskan dalam dokumen, tetapi jauh dari pengalaman konkret warga.
Dalam kondisi semacam itu, moderasi tampak seperti etika negara, bukan bagian dari laku hidup warga. Padahal, sebagaimana ditegaskan oleh Karen Armstrong, "Religion has to be brought down to earth" (agama harus diturunkan ke bumi), (Armstrong, 2009: 25).
Keluarga adalah tempat pertama seseorang belajar tentang keteraturan, kasih sayang, konflik, dan cara menyelesaikannya. Di sinilah moderasi beragama sebenarnya dibentuk pertama kali jauh sebelum seseorang mengunjungi masjid, gereja, vihara, atau pura.
Seseorang tidak menjadi moderat karena doktrin semata, melainkan karena mengalami bagaimana perbedaan dihargai dan dihayati di ruang rumah.
Ketahanan keluarga bukan hanya tentang daya tahan ekonomi, tetapi lebih dalam lagi: kemampuan spiritual dan sosial untuk menciptakan kehangatan, saling menghargai, dan dukungan lintas peran.
Hal ini sejalan dengan konsep al-usrah dalam Islam, yang bukan sekadar institusi pernikahan, tetapi sebagai madrasah nilai sebuah sekolah pertama untuk laku tauhid, akhlak, dan tasamuh.
Namun dalam praktiknya, ketahanan ini tidak bisa berdiri sendiri. Ia bergantung pada ekosistem yang lebih luas: komunitas, ekonomi lokal, hingga sistem pendidikan dan agama. Dalam kaitan inilah kita bisa belajar dari kasus Trikarso.
Trikarso: Islam Kultural dalam Ekonomi Komunitas
Trikarso adalah desa di Kecamatan Sruweng, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Letaknya terpencil, tidak tersorot media, namun menyimpan kekayaan spiritual dan sosial yang penting.
Dari desa ini, model ketahanan keluarga dan praksis moderasi tumbuh secara organik melalui komunitas petani jamur. Mereka tidak hanya bekerja untuk bertahan hidup, tetapi juga membangun solidaritas sosial dan keberdayaan ekonomi dengan landasan nilai-nilai Islam yang hidup dalam keseharian.
Warga Trikarso tidak banyak berbicara tentang "moderasi" dalam istilah akademik, namun nilai-nilai seperti kerja sama lintas perbedaan, kesederhanaan hidup, dan etos kerja yang jujur menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Kopma KSM UIN Saizu Sabet Juara 1 dan 3 Lomba Business Plan di Ajang Bergengsi Tingkat Nasional |
![]() |
---|
UIN Saizu dan Asosiasi AI Indonesia Bahas Peluang dan Tantangan Kecerdasan Buatan |
![]() |
---|
Dua Mahasiswa Tadris Matematika UIN Saizu Ukir Prestasi Jadi Pemakalah di IC-MaGeStiC 2025 |
![]() |
---|
Tingkatkan Layanan, Klinik Pratama Isyfina Medika UIN Saizu Gelar Pendampingan Akreditasi Borang |
![]() |
---|
Mahasiswa KPI UIN Saizu Terbitkan Buku Taktik Jitu: Membangun Personal Branding Perusahaan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.