Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tim Dosen dan Mahasiswa SCU Kembangkan Teknologi IoT untuk Lindungi Aset Wayang Kulit di Boyolali

Tim Dosen dan Mahasiswa SCU Kembangkan Teknologi IoT untuk Lindungi Aset Wayang Kulit di Sanggar Makutharama Boyolali

Istimewa
SISTEM IoT- Tim SCU merancang sistem monitoring suhu dan kelembaban berbasis Internet of Things (IoT) untuk Pencegahan Kerusakan Wayang Kulit di Sanggar Seni Budaya Makutharama Boyolali 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Soegijapranata Catholic University (SCU) kembali menunjukkan komitmennya dalam pelestarian seni dan budaya melalui inovasi teknologi melalui penerimaan hibah Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) 2025 dari Kemendiktisaintek 2025 dengan judul “Sistem Monitoring Suhu dan Kelembaban untuk Pencegahan Kerusakan Wayang Kulit di Sanggar Seni Budaya Makutharama Boyolali.”

Program yang diketuai oleh Dosen Program Studi Desain dan Komunikasi Visual (DKV) SCU, Peter Ardhianto, PhD ini melibatkan dua dosen lainnya, Yonathan Purbo Santosa (Teknik Informatika) dan Gita Claudia (Akuntansi), serta tiga mahasiswa Darlene Angelina Christy (Teknik Informatika), Cornelio Abdimash Christiono (Big Data Analytics and AI), dan Vancouver Gabe Simatupang (Desain Komunikasi Visual).

Latar belakang program ini berangkat dari tingginya tingkat kerusakan wayang kulit di Sanggar Seni Budaya Makutharama, Boyolali, yang secara geografis berada pada kawasan bersuhu dingin dan kelembaban tinggi. Kondisi ekstrem ini menyebabkan wayang mudah berjamur pada musim hujan serta menjadi kaku dan rapuh pada musim kemarau.

Menurut Peter, kerusakan yang terjadi berdampak langsung pada keberlangsungan sanggar.

“Wayang kulit adalah aset utama bagi sanggar. Jika rusak, bukan hanya nilai estetikanya yang turun, tetapi juga menghambat proses edukasi dan ekonomi kreatif. Harga produksi wayang sangat tinggi, sehingga kerusakan satu aset saja dapat menjadi beban besar,” jelasnya, Rabu (19/11/2025).

Sanggar Makutharama, yang dipimpin dalang Ki Eko Prasetyo, selama ini berfokus pada pendidikan seni pedalangan untuk anak-anak tingkat SD–SMP.

Dengan jumlah aset wayang yang terbatas, risiko kerusakan menjadi masalah mendesak yang harus segera ditangani.

Sebagai solusi, tim SCU merancang sistem monitoring suhu dan kelembaban berbasis Internet of Things (IoT).

Perangkat ini dipasang pada kotak penyimpanan wayang dan bertugas mendeteksi perubahan lingkungan secara real-time.

Selain itu, sistem monitoring-nya pun dapat diakses langsung melalui web-app yang bisa diakses dengan komputer maupun smartphone.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan keberlanjutan ekonomi kreatif sanggar dan memperpanjang umur pakai wayang kulit melalui teknologi tepat guna.

“Teknologi menjadi jembatan penting dalam pelestarian budaya. Dengan monitoring yang tepat, kerusakan bisa dicegah sebelum terjadi,” kata Peter.

Selain melakukan digitalisasi data kondisi lingkungan penyimpanan wayang dan implementasi alat IoT pada kotak penyimpanan, pihaknya juga melakukan penyusunan panduan pemeliharaan wayang kulit yang mudah diterapkan serta peningkatan kapasitas mitra dalam merawat aset budaya.


Menurut keterangan Peter, saat ini pihaknya sedang melakukan implementasi sekaligus evaluasi sistem IoT, setelah melalui survei awal kondisi wayang dan pengujian alat. 

“Program berlangsung selama September hingga Desember 2025, dengan evaluasi berkala untuk memastikan efektivitas alat sebelum diserahterimakan sepenuhnya kepada sanggar,” tandasnya.

Peter pun berharap inovasi yang dihadirkan pihaknya dapat memberikan harapan baru kepada Sanggar Makutharama dalam menjaga aset wayang kulit tetap awet, sekaligus memperkuat fungsi sanggar sebagai ruang edukasi budaya bagi generasi muda. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved