Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pendidikan

Mengenal Perbedaan Branding dan Reputasi di Ranah Digital Menurut Drs Nurbini

Dalam ranah digital, branding hanyalah janji yang dikomunikasikan oleh organisasi, namun reputasi adalah penilaian sesungguhnya dari publik.

Penulis: Val | Editor: rival al manaf
Istimewa
Workshop Reputasi Digital yang diikuti 90 peserta dari unsur PCM, Ortom, dan Unsur Pembantu Pimpinan (UPP) PDM Kota Semarang 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Dalam ranah digital, branding hanyalah janji yang dikomunikasikan oleh organisasi, namun reputasi adalah penilaian sesungguhnya dari publik.

Reputasi yang baik hanya bisa dilahirkan dari pembuktian janji tersebut, menuntut organisasi untuk menjaga kualitas, kredibilitas, dan integritas.

Penekanan pada pentingnya integritas sebagai fondasi branding ini disampaikan oleh Wakil Ketua PDM Kota Semarang, Drs. Nurbini, M.S.I., saat membuka Workshop Reputasi Digital dan Rapat Koordinasi Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Se-Kota Semarang, di Hotel Candi Indah, Semarang, Sabtu (22/11/25).

Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo itu menjelaskan bahwa branding adalah sisi aktif organisasi, yaitu "apa yang ingin kita katakan tentang diri kita". Sebaliknya, reputasi adalah penilaian publik, atau "apa yang orang lain katakan tentang kita berdasarkan pengalaman mereka". 

Baca juga: Besok 23 November Minggu Apa? Cek Kalender Jawa November 2025

Baca juga: Identitas Dua Korban Meninggal Kecelakaan Tol Gayamsari, Semuanya Warga Semarang

Nurbini menegaskan bahwa reputasi yang baik akan tercapai jika organisasi menjaga kualitas, kredibilitas, dan integritas.

Lebih lanjut, Nurbini berharap melalui sinergi media dan pemanfaatan Kecerdasan Artifisial (AI), Muhammadiyah akan semakin dikenal luas dan mendapatkan reputasi yang baik dari masyarakat.

Membuktikan Janji Melalui Brand Proofing

Upaya untuk mencapai reputasi yang baik ini dijabarkan secara strategis oleh Raka Manggala, Branding Founder Kolamide.id. Raka menekankan bahwa branding harus dimulai dengan menemukan solusi nyata (Problem Solving) atas masalah publik, sesuai dengan tuntutan Nurbini.

Raka Manggala menjelaskan bahwa puncak strategi branding adalah Brand Proofing. Ini adalah tahap pembuktian janji yang meliputi transparansi, akuntabilitas, dan menunjukkan dampak nyata dari kiprah yang dilakukan organisasi. Ia mengingatkan, "Pesan yang rumit akan membuat orang bingung dan pergi. If you confuse, you lose".

Sejalan dengan tuntutan integritas, Ketua MPI PDM Kota Semarang, Hadi Santoso, S.T. M.Si., memaparkan target implementasi di tingkat organisasi. Hadi Santoso menargetkan adanya kesatuan branding. Implementasi “Islam Berkemajuan” harus terwujud secara seragam dalam desain, flyer, dan semua kegiatan.

Guna memperluas jangkauan, MPI mendorong strategi cross follower dari PCM, Ortom, dan Amal Usaha (AUM). "Harapannya terjalin kerjasama, ada cross baik itu media sosial maupun pemanfaatan media online, website, YouTube, IG dan sebagainya," tegas Hadi Santoso.

Adapun pembahasan mendalam mengenai teknik operasional media sosial disampaikan oleh Digital Manager Tribun Jateng Abduh Immanulhaq.

Immanulhaq menjelaskan bahwa media sosial adalah alat untuk bersosialisasi dan berinteraksi online yang memungkinkan manusia terhubung tanpa batas ruang dan waktu. Tujuannya beragam, mulai dari interaksi, koneksi, syiar, hingga pemasaran dan reputasi. Organisasi harus menyadari bahwa tiap media sosial memiliki tipe pengguna dan strategi yang berbeda.

Karena itu, penting untuk menerapkan metode yang jelas. Metode tersebut mencakup penetapan segmentasi pengguna dan perilakunya, penentuan tujuan unggahan berdasarkan kebutuhan, perumusan strategi membangun hubungan dengan pengguna, dan pemilihan platform media sosial yang sesuai dengan kebutuhan.

Dalam hal produksi konten, Abduh menyarankan agar tim media menggunakan Storytelling dengan bahasa sederhana dan langsung ke inti unggahan. Khusus untuk video, ia menekankan bahwa tim media harus membedakan antara video pendek (short video) dan video panjang (long video). 

"Short is longer than long. Maksudnya, short video atau video pendek akan lebih banyak dilihat daripada long video atau video panjang. Karena itu video pendek harus diutamakan, dan long video dapat dipecah menjadi short video," jelasnya.

Kunci keberhasilan paling utama adalah konsistensi, lanjut Imanulhaq. Sebab konsistensi pesan yang diulang secara berkelanjutan akan menancap di pikiran audiensmentara inkonsistensi hanya akan membuang waktu dan uang.

Wartawan Muhammadiyah

Workshop Reputasi Digital ini diikuti 90 peserta dari unsur PCM, Ortom, dan Unsur Pembantu Pimpinan (UPP) PDM Kota Semarang. Mereka merupakan para pelaksana teknis pengelola media di berbagai elemen Muhammadiyah Kota Semarang.

Sebagai tindak lanjut, rangkaian acara ini turut menyosialisasikan Brand ID Muhammadiyah untuk keseragaman identitas. Sosialisasi ini dibawakan oleh Kepala Kantor Sekretariat PDM Kota Semarang, Andree Wijaya, sejalan dengan peluncuran brand guideline dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Untuk mendorong jumlah volume produksi konten berita dan media sosial dari setiap cabang, organisasi otonom dan masjid-masjid Muhammadiyah, pihak MPI juga memberikan rompi dan ID card peliputan relawan media kepada para peserta workshop. Rompi berwarna biru dongker dan ID card ini menjadi seragam dan identas resmi para relawan media sebagai wartawan Muhammadiyah di lapangan. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved