Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Kisah Item Sudiarta Sulap Jalan Gajah Mada Semarang Jadi "Museum" Mobil Klasik Tiap Minggu Pagi

Pemilik mobil klasik yang memarkirkan kendaraannya dipinggir jalan Gajah Mada menarik perhatian warga masyarakat yang melintas di jalan tersebut.

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG/REZANDA AKBAR D.
SUASANA BLOK GM - Mobil klasik terparkir di jalanan Gajah Mada Semarang, membuat suasana Gajah Mada saat Minggu pagi jadi berbeda. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Item Gede Sudiarta berdiri di tepi Jalan Gajah Mada, menatap deretan mobil yang berkilau sembari menyapa satu persatu para pemilik mobil klasik yang memarkirkan kendaraannya dipinggir jalan Gajah Mada.

Item sudah berada di Jalan Gajah Mada sejak pukul 06.00 WIB seiring waktu berjalan, para pecinta otomotif di Kota Semarang ramai memenuhi jalan itu.

Mulai dari memarkirkan kendaraannya hingga berbagi cerita, semua berlangsung hingga sekira pukul 10.00 WIB pada tiap Minggu pagi saja.

Baca juga: Tragis! Baru Semalam Dibeli, Mobil Klasik Kesayangan Ludes Terbakar

Di antara Shelby Cobra biru langit dengan dua garis putih ditengahnya serta Shelby Cobra hijau daun dan Land Cruiser 80-an yang gagah, ia tersenyum kecil mengingat bagaimana semuanya bermula dari hal sederhana nongkrong berdua, bertiga, di pinggir jalan.

“Dulu cuma dua mobil aja. Kita nongkrong, foto, terus kebetulan momennya pas ada orang lari pagi, ada yang sepedaan. Kita upload, eh malah viral,” ujar Item, satu diantara inisiator blok GM.

Lima bulan berselang, Minggu pagi di kawasan Gajah Mada kini bukan sekadar waktu untuk olahraga. 

Warga datang dari berbagai penjuru, ada yang ngopi di trotoar, ada yang mengelap bodi mobil kesayangannya, ada pula yang sekadar berfoto di antara mobil klasik

Warga menyebut tempat ini dengan nama Blok GM singkatan dari Gajah Mada sebuah titik kumpul yang tumbuh organik dari semangat kebersamaan.

“Orang-orang pada bilang, ‘di Semarang juga ada dong kayak di Jakarta, Blok M,’ makanya kita pakai nama Blok GM,” jelas Item.

 “Ini organik banget, enggak ada yang maksa, enggak ada yang ngatur. Semua tumbuh karena orang pengin kumpul.” sambungnya.

Kini, tiap Minggu pagi, Blok GM jadi titik temu para pecinta otomotif lintas generasi. 

Tak hanya mobil 80–90-an, tapi juga motor klasik dan mobil sport modern ikut berbaris di sepanjang jalan. 

“Dulu konsepnya memang 90-an, karena kami dari akun Semarang 90s,” kata Item.

“Tapi makin ke sini, para pecinta otomotif berkumpul, kita enggak batasin tahun atau genre. Semua boleh datang, asal mau berbagi cerita.” ujarnya.

Item melihat fenomena ini bukan sekadar tentang kendaraan, tapi tentang ruang sosial baru. 

“Yang datang itu dari luar kota juga ada, Bahkan ada yang nginep di hotel sekitar cuma buat gabung pagi di sini. Itu kan artinya warga haus ruang kumpul yang positif,” ujarnya.

20251109_Mobil klasik terparkir di jalanan Gajah Mada Semarang_2
SUASANA BLOK GM - Mobil klasik terparkir di jalanan Gajah Mada Semarang, membuat suasana Gajah Mada saat Minggu pagi jadi berbeda.

Influencer Otomotif Mobil Klasik Ikut Mampir

Diantara para mobil klasik itu, ada satu sosok yang selalu dikerubungi oleh para pecinta otomotif yakni Hawke Setjodiningrat, kolektor sekaligus perestorasi mobil klasik itu turut menyaksikan suasana blok GM.

Hari itu, ia datang bukan sekadar untuk melihat-lihat, tapi untuk menyaksikan bagaimana kota tempatnya dulu bersekolah telah bertransformasi jadi ruang kreatif bagi generasi baru.

“Saya sekolah di Semarang tahun ’69 sampai ’73,” ujarnya pelan, seolah membuka arsip ingatan yang sudah lama disimpan. 

“Dulu paling motor-motoran, belum ada yang kayak gini. Sekarang beda banget, Semarang sudah berubah total. Anak mudanya kreatif, energinya luar biasa.” ujarnya.

Bagi Hawke, kehadiran Blok GM bukan cuma ajang pamer mobil, tapi bukti bahwa anak muda Semarang punya arah baru dalam menyalurkan hobi. 

Ia menganggap otomotif sebagai ruang positif yang perlu dirangkul, bukan dibatasi. 

“Ini zamannya memang begini, enggak bisa dibendung. Selain main gadget, ya otomotif. Dan saya dukung penuh,” katanya tegas.

Meski begitu, ia juga menyoroti satu hal penting yakni ruang. 

“Masalahnya cuma satu, tempat. Pemerintah juga jangan langsung melarang kalau macet, tapi bantu carikan solusi. Kalau mau larang, kasih tempat yang layak. Win-win lah,” katanya.

Di tengah obrolan, pandangannya tertuju pada sebuah Shelby Cobra berwarna hijau daun mobil yang telah direstorasi oleh tangan anak muda asal Semarang. Ada nada kagum di suaranya. 

“Itu loh, mobil legendaris dunia, tapi yang restorasi wong Semarang sendiri. Anak bangsa kita bisa bikin kayak gitu. Masa enggak bangga?” tuturnya.

Sebagai kolektor yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia otomotif, Hawke percaya kreativitas semacam itu seharusnya disambut, bukan dibatasi. 

“Pemerintah mesti ajak anak-anak muda ini bicara, jangan diganggu. Bantu mereka berkembang. Karena kalau enggak, hobi positif bisa berubah arah malah ke hal-hal negatif.”

Ia menatap sekeliling, melihat para pemuda saling bertukar ide di antara mobil tua, tawa, dan kamera ponsel. 

“Saya kaget tapi senang, Semarang sekarang kayak gini. Ngumpulnya positif, ngobrolnya enak, semua soal otomotif. Ini bukti bahwa hobi bisa jadi ruang yang sehat, asal didukung.” tuturnya.

Hawke Setjodiningrat mungkin datang hanya mampir, tapi matanya memantulkan rasa bangga karena Semarang yang dulu ia kenal kini tumbuh jadi kota yang memberi ruang bagi mesin, ide, dan semangat muda yang terus hidup.

Sambutan Positif Warga Semarang

Selain itu, Sainan, warga Gajahmungkur Kota Semarang, mengangguk setuju. 

Kondisi Blok GM mampu memberikan hiburan kepada warga Semarang di Minggu pagi.

Baca juga: Video Penampilan Mobil Klasik Hingga Supercar di Jambore Nasional Mercedes-Benz Solo

“Kita terhibur banget. Biasanya komunitas itu jalan sendiri-sendiri, tapi di sini nyampur semua dari seperti titik kumpul dari beragam komunitas HDCI, Porsche, BMW, sampai Toyota Land Cruiser. Enggak ada sekat, semua satu meja ngopi bareng.”

Selain mobil tua, beberapa motor sport juga ikut mejeng seperti Suzuki Hayabusa, Harley-Davidson dan lainnya. 

Blok GM kini menjadi semacam museum otomotif yang hidup nostalgia 80–90-an yang tak pernah dipasang tarif. (Rad)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved