Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Semarang

Buku Antologi Cerpen Kampungku di Semarang, Upaya Mencatat Sejarah Kota dari Cerita Pelajar

Ada cara baru menikmati kisah tentang Kota Semarang. Tak lagi lewat arsip atau buku sejarah, tapi lewat cerita pendek karya pelajar.

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG/REZANDA AKBAR D.
PELUNCURAN - Launching buku antologi cerpen Kampungku di Semarang yang digelar Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang, Rabu (12/11/2025) di Balaikota Semarang. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Ada cara baru menikmati kisah tentang Kota Semarang. Tak lagi lewat arsip atau buku sejarah, tapi lewat cerita pendek karya pelajar.

Pemerintah Kota Semarang menggelar lomba menulis cerpen Kampungku yang diikuti anak SD-SMP di Semarang, kini hasil karya tersebut akan dibukukan.

Ketua Komisi D DPRD Kota Semarang, Mualim, menilai penulisan cerpen oleh pelajar menjadi cara menarik untuk menumbuhkan kembali semangat literasi warga. 

Baca juga: 2.548 Warga Purbalingga Mengalami Gangguan Jiwa, Deteksi Dini dan Empati Jadi Kunci Kesembuhan

Baca juga: Mengukur Keberhasilan Program Anti-Perundungan di Sekolah

Ia menyebut langkah Dinas Arsip dan Perpustakaan (Arpus) Kota Semarang meluncurkan buku Antologi Cerpen berjudul Kampungku di Semarang sebagai bentuk nyata pendidikan literasi yang menyentuh masyarakat.

“Penulisan cerpen ini langkah yang positif. Kita perlu apresiasi Dinas Arpus yang sudah menyelenggarakan kegiatan seperti ini. Ini membangkitkan gairah bagi siswa SD, SMP, SMA, dan masyarakat umum untuk kembali menulis dan mengenal kampungnya,” kata Mualim, Rabu (12/11/2025).

Menurutnya, kegiatan menulis cerita pendek dengan tema kampung membuka ruang bagi warga untuk menggali potensi daerahnya sendiri. 

“Dari cerita seperti ini, masyarakat bisa simpati. Bisa menceritakan potensi kampungnya, budaya, nilai religi, atau kisah legendaris di sekitarnya. Ini hal yang luar biasa,” ujarnya.

Mualim menambahkan, apresiasi terhadap karya peserta bukan diukur dari hadiah, tetapi dari semangat berkarya yang tumbuh. 

“Bukan soal piala atau uangnya, tapi bagaimana kegiatan ini bisa membangkitkan minat menulis dan menelusuri nilai-nilai yang ada di kampung. Jarang sekali kegiatan seperti ini melibatkan profesor dan ahli dalam prosesnya,” tuturnya.

Ia berharap program literasi seperti ini tidak berhenti di satu momen saja. 

“Kami dari dewan mendorong agar kegiatan ini berlanjut. Dari cerita pendek, nanti bisa lahir cerita panjang, bahkan karya film atau sinetron yang menampilkan kehidupan kampung di Kota Semarang,” ungkapnya.

Menurutnya, upaya ini juga sejalan dengan gagasan Wali Kota Semarang yang ingin menjadikan Semarang sebagai kota sinema. 

“Waktu itu kami juga sempat mengundang Bramantyo untuk membahas pembuatan film pendek. Nah, ini sinergi yang bagus. Dari cerita rakyat, nanti bisa diwujudkan dalam bentuk film,” kata Mualim.

Ia mencontohkan, banyak potensi cerita di Semarang yang bisa diangkat, mulai dari kisah Lawang Sewu, Kota Lama, hingga kampung-kampung kecil yang menyimpan sejarah dan legenda lokal. 

“Kalau digali, banyak sekali. Kampung di Semarang punya nilai cerita yang bisa jadi bahan literasi dan inspirasi,” ujarnya.

Kepala Dinas Arpus Kota Semarang, FX Bambang Suranggono, menyebut perlombaan dan peluncuran buku ini digelar juga untuk memperingati Hari Literasi 2025. 

Menurutnya, literasi bukan hanya soal membaca dan menulis, tapi juga tentang bagaimana seseorang memahami dan memanfaatkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

“Literasi itu harus bisa membangun masyarakat yang literat. Masyarakat yang tahu dan paham bagaimana melakukan sesuatu dengan benar,” kata Bambang.

Buku Kampungku di Semarang merupakan kumpulan 90 cerpen pilihan hasil lomba menulis yang digelar Arpus beberapa waktu lalu.

Peserta SD dan SMP menulis dengan tema Kampungku, sementara SMA dan kategori umum mengangkat tema Kota Semarang. Dari sekitar 2.100 karya yang masuk, panitia menyeleksi masing-masing 30 cerita terbaik dari tiap kategori.

Menariknya, Wali Kota Semarang disebut ingin beberapa cerita dalam buku itu diangkat menjadi film pendek. 

“Bu Wali berpesan, tahun depan beberapa cerpen ini dibuat film pendek. Beliau punya mimpi menjadikan Semarang sebagai kota sinema,” ungkap Bambang.

Bambang menilai, antologi cerpen ini jadi langkah awal mencatat sejarah kota lewat sudut pandang warga. 

“Semarang punya banyak potensi budaya dan seni. Cerita-cerita kecil seperti ini bisa jadi cara merekam kehidupan kota,” tambahnya. (Rad)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved