Berita Semarang
Buku Evolusi Jari: Saur Hutabarat & Ikhwan Syaefulloh Bahas Peran Nalar Manusia di Era Teknologi
Di tengah dominasi teknologi digital dan kecerdasan buatan, manusia kini menghadapi pertanyaan mendasar
Penulis: Franciskus Ariel Setiaputra | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Di tengah dominasi teknologi digital dan kecerdasan buatan, manusia kini menghadapi pertanyaan mendasar: apakah kita masih memegang kendali penuh atas cara berpikir kita sendiri?
Fenomena itu menjadi gagasan utama dalam buku terbaru bertajuk Evolusi Jari, yang memuat pemikiran jurnalis senior Saur Hutabarat dan context engineer Ikhwan Syaefulloh.
Menurut Saur Hutabarat, tantangan terbesar era digital bukan terletak pada kecanggihan mesin, melainkan pada kemampuan manusia menjaga kejernihan bernalar.
“Masalahnya bukan pada cepatnya mesin. Masalahnya ketika manusia berhenti melambatkan diri untuk berpikir,” ujarnya, Senin (24/11/2025).
Ia menilai pola interaksi digital yang serba instan membuat manusia semakin reaktif.
“Kita terbiasa merespons dalam hitungan detik, bukan menimbang dalam hitungan menit. Padahal keputusan-keputusan penting justru butuh jeda,” tambahnya.
Baca juga: Kemenangan Perdana PSIS Semarang di Pegadaian Championship 2025: Jangan Euforia
Pemikiran Saur kemudian diperdalam melalui kolaborasinya dengan Ikhwan Syaefulloh, seorang praktisi rekayasa konteks yang sehari-hari bergelut dengan kecerdasan buatan.
Ikhwan melihat bahwa teknologi justru sedang menguji kapasitas berpikir manusia modern.
“Teknologi itu cermin. Ia memperlihatkan siapa kita sebenarnya. Kalau manusianya tidak jernih, pantulannya pun kacau,” jelasnya.
Saur juga mengingatkan pentingnya keberanian mengambil risiko dan keluar dari zona nyaman, yang ia sebut sebagai “kesintingan yang dibutuhkan zaman”.
“Kemajuan itu tidak pernah lahir dari orang yang terlalu patuh pada arus utama,” tuturnya.
Tidak hanya membahas relasi manusia dan teknologi, percakapan keduanya mengalir pada isu moral publik, politik, hukum, hingga spiritualitas.
Melalui analogi sederhana seperti kisah kain kafan, Saur menegaskan bahwa pada akhirnya manusia kembali pada nilai dasar yang sama.
“Kita pulang tanpa atribut. Yang tersisa hanya kejujuran kita sendiri,” ujarnya.
Dengan pengalaman lebih dari empat dekade di dunia jurnalistik, Saur Hutabarat dikenal sebagai salah satu figur penting dalam perdebatan publik di Indonesia.
| SKPG Catat Waspada Harga, Pemkot Semarang Sebut Genjot Intervensi Pangan |
|
|---|
| Prakiraan Cuaca Kota Semarang Hari Ini Senin 24 November 2025: Hujan Ringan |
|
|---|
| DPRD Kota Semarang Ajak Warga Aktif Berpartisipasi dalam Pembangunan Infrastruktur |
|
|---|
| Lacak Posisi via HP, Pelaku Penggelapan Motor Pakai Modus Pinjam Jemput Istri Terbongkar di Semarang |
|
|---|
| PSEL Diproyeksikan Jadi Penggerak Investasi di Kota Semarang pada 2026 |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/20251124_evolusi-jari.jpg)