Sejarah Gunung Tampomas yang Makin Rata Karena Bendung Sungai Serayu
Di sudut desa Gentansari, Pagedongan, sebuah danau berair tenang dikelilingi dinding batu yang tinggi menjulang.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: bakti buwono budiasto
Jauh sebelum bukit Tampomas dipindahkan untuk membendung sungai Serayu, sebagian penduduk setempat mempercayai legenda yang menyertai gunung Tampomas.
Jika bukit Tampomas runtuh atau longsor, bebatuannya akan menjangkau dan membendung sungai Serayu.
Legenda itu tentu saja tak masuk nalar.
Mustahil batuan gunung kecil itu menggelinding hingga ke Serayu sejauh sekitar 6 kilometer.
Tampomas tidak nyata longsor.
Baca: Ini Harapan Kapten PSIS Semarang Jelang Babak Delapan Besar Liga 2
Namun bebatuannya pada akhirnya benar-benar membendung sungai Serayu.
Tahun 1970 an, kabar pembangunan bendungan oleh pemerintah untuk proyek PLTA dan irigasi santer terdengar.

Para ahli mantap memilih Gunung Tampomas sebagai sumber batu untuk membendung Serayu.
Batuan di bukit itu sangat keras dan padat sehingga layak untuk bahan konstruksi utama bendungan.
Jalan akses menuju bukit mulai diperlebar agar memuat kendaraan besar.
Tahun 1980 an, gunung Tampomas mulai diruntuhkan.
Setiap hari, suara dentuman terdengar menggelegar dari arah bukit.
Bukit Tampomas dihancurkan dengan dinamit secara bertahap.
Reruntuhan batuan yang tercerai berai akibat ledakan diangkut ke dalam truk-truk besar untuk ditumpahkan ke sungai Serayu.