Sejarah Gunung Tampomas yang Makin Rata Karena Bendung Sungai Serayu
Di sudut desa Gentansari, Pagedongan, sebuah danau berair tenang dikelilingi dinding batu yang tinggi menjulang.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: bakti buwono budiasto
Baca: Menikmati Senja dan Malam di Bukit Bintang Semarang, Di Sini Lokasinya
Setiap hari, jalanan desa bising dengan hilir mudik truk truk raksasa pengangkut batu.
"Ledakannya gak sekaligus, bertahap. Sampai sekitar 3 tahun gunung Tampomas dihancurkan untuk diambil batunya,"katanya
Berkat batuan dari bukit Tampomas, sungai Serayu akhirnya berhasil terbendung. Tahun 1989, Presiden Soeharto meresmikan operasional waduk Mrica untuk pembangkit listrik dan keperluan irigasi petani.
Pelaksana proyek menarik alat-alat beratnya dari bukit Tampomas.
Baca: Berencana Go Public, Dafam Group Bakal Jadi Emiten Bidang Perhotelan dan Properti Pertama di Jateng
Desa kembali sepi dari suara dentuman dinamit. Bukit Tampomas ditinggalkan usai isi tubuhnya dijarah.
Namun sisa reruntuhan bebatuan masih banyak berserak.
Masyarakat setempat gantian menyerbu bukit yang telah berubah rata tersebut.
Mereka memunguti sisa bebatuan yang tak habis untuk proyek.
Sejak saat itu, narasi kehidupan warga di desa Gentansari mulai berubah. Sebagian penduduk yang mulanya bertani di ladang alih profesi jadi penambang.
"Setelah proyek selesai, warga mengambili batu sisa di bukit Tampomas. Enak saat itu karena tinggal mengambil, gak perlu menambang. Sampai tiga tahun kami hanya mengambil, setelah habis kami baru menambang,"kata Towil, penambang tradisional di bukit Tampomas
Baca: Berencana Go Public, Dafam Group Bakal Jadi Emiten Bidang Perhotelan dan Properti Pertama di Jateng
Hingga sekarang, lebih dari 30 tahun ditambang, bebatuan di bukit Tampomas belum habis diambil oleh para penambang tradisional.
Jika dahulu, diambil untuk proyek bendungan, kini bebatuan bukit itu ditambang untuk pondasi bangunan.