Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kue Tradisional Ini Disebut Prol Tape, Ternyata Karena Hal Ini

Kue ini dinamakan "prol tape" karena teksturnya yang lembut dan langsung "ngeprol" (pecah) dalam mulut ketika dimakan.

Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: suharno
TRIBUN JATENG/MAZKA HAUZAN NAUFAL
kue tradisional prol tape. 

Selain itu, sementara ini, semua proses memasak hingga bertransaksi dengan pelanggan masih ia kerjakan sendiri.

Sehari-hari, Antini bekerja di Sekretariat DPRD Kabupaten Pati. Di luar pekerjaannya, ia banyak bergiat di komunitas-komunitas sosial, antara lain Ayo Berbagi Pati dan Sedekah Rombongan.

"Setiap pagi, sebelum berangkat kerja, antara pukul 5 sampai setengah 6, saya sudah harus berburu tape di pasar. Sebab, pukul 7 saja sudah tidak ada penjual tape," jelas Antini.

Biasanya, Antini mulai memasak kue pesanan pelanggan pada sore hari sepulang kerja.

Baru malam atau keesokan harinya kue itu sampai ke tangan pembeli. Ia memang menjual kue-kue bikinannya dengan sistem pre-order.

Namun, setiap hari ia selalu membuat kue lebih dari jumlah pesanan.

"Untuk berjaga-jaga kalau ada yang pesan lagi. Selain itu, setiap hari saya juga selalu menyediakan yang khusus untuk saya berikan ke orang lain secara gratis. Bisa disebut sekalian promosi, disebut sedekah juga bisa," terangnya.

Proses memasak prol tape rata-rata memakan waktu 3,5 jam.

Satu jam untuk mencabuti serabut tape, 1 jam untuk membuat adonan dan peng-oven-an tahap pertama, serta 1,5 jam peng-oven-an tahap kedua.

Antini menjual prol tape bikinannya dengan harga Rp 35 ribu per kotak. Harga ini, diakuinya memang relatif mahal.

Namun, ia menjamin, harga itu sepadan dengan kualitas bahan-bahan yang ia gunakan.

"Bahan-bahan seperti susu, mentega, dan lain-lain yang saya pakai, saya pilih yang memang kualitasnya bagus dan agak mahal, bukan yang terlalu murah. Sebab, saya terbiasa memberi makan orang sesuai dengan apa yang saya makan. Prinsipnya seperti zakat fitrah, lah," jelasnya.

Antini menjelaskan, prol tape bikinannya ia konsep sebagai oleh-oleh. Bahkan, pada kemasan dus pembungkusnya tertulis "Oleh-oleh Bumi Mina Tani".

Sejauh ini, dengan konsep oleh-oleh ini, prol tape bikinannya telah "terbang" ke berbagai daerah. Antara lain Semarang, Yogyakarta, dan Balikpapan.

Bersama Komunitas UMKM Pati (KUPat), kue bikinannya juga kerap "mejeng" di berbagai pameran UMKM.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved