Berita Kendal
Beberapa Tahun Terakhir Abrasi Telah Hilangkan 10 Meter Bibir Pantai Ngebom Kendal
Siklus tahunan angin barat laut berdampak pada terkikisnya bibir pantai. Bibir pantai Ngebom Desa Mororejo Kecamatan Kaliwungu
Penulis: Saiful Ma sum | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, KENDAL - Siklus tahunan angin barat laut berdampak pada terkikisnya bibir pantai.
Bibir pantai Ngebom Desa Mororejo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal hilang sekiranya 10 meter dalam beberapa tahun terakhir.
Fenomena alam yang biasa disebut sebagai abrasi ini juga berdampak pada sebagian warung atau rumah di pinggir pantai.
• BREAKING NEWS: Tak Diberi Rokok, Dua Remaja Tusuk Sopir Truk di Teluk Penyu Cilacap
• Siswi SMP Purworejo Dibully, Ganjar: Saya Telepon Kepala Sekolahnya, Besok Disdik Ambil Tindakan
• Begini Reaksi Ariel NOAH Saat Ditanya Kapan Nikah: Gue Bukan Kaya Orang yang Belum Pernah Menikah
• Soal WNI Eks ISIS, Fadjorel Rachman Singgung Kerja Prabowo, Reaksi Fadli Zon Bikin Najwa Tertawa
Jaman (70) pemilik warung sekaligus tempat tinggal di pinggir pantai mengatakan, dirinya dengan biaya sendiri harus mengganti ratusan sak yang rusak terhempas air laut tiap tahunnya.
Pada awalnya, laki-laki 2 anak ini harus berjibaku membendung ombak air laut 2012 silam.
Seribuan sak pasir ditambah 5 truk batu-batuan ditata setinggi 3 meteran di depan rumahnya.
Hal itu dimaksudkan agar ombak yang datang akan terpecah dan terhalang sebelum memasuki rumahnya.
"Ini ya (biaya) saya sendiri.
Bagaimana lagi satu-satunya tempat tinggal dan mata pencaharian keluarga harus dijaga semaksimal mungkin," terang Jaman, Kamis, (13/2/2020) di lokasi.
Agar tidur nyenyak kala ombak besar, Jaman harus mengganti sak-sak yang sekiranya sudah rusak karena ombak air laut.
Terakhir pekan lalu, dirinya menggantu 100-an sak pasir dengan yang baru.
Hal itu dilakukan agar penahan ombaknya tetap kokoh tak sampai merobohkan rumahnya.
Apalagi, keluarga Jaman pernah mengalami banjir gelombang air laut yang merusak beberapa alat elektronik beberapa tahun lalu.
Ia berharap pemerintah daerah ataupun dinas terkait agar melakukan tindakan dalam mencegah abrasi, terlebih menyelamatkan pantai itu sendiri.
"Ada 4 warung yang sudah roboh.
Semoga ada pembenahan dari pemerintah agar yang berkunjung juga ramai.
Kasian kalau sepi mata pencaharian kami mati terputus.
Tetap sabar karen ini pendapatan hidup satu-satunya," terang Jaman.
Abdullah Faqihudin, Ketua Bumdes Moro Berkah Desa Mororejo, mengatakan adanya fenomena alam berdampak ambarasi tersebut merupakan siklus tahunan.
Sebagai antisipasi lebih lanjut, pihaknya tengah musyawarah bersama perangkat desa beserta dinas terkait untu membahas penanggulangan abrasi.
Katanya, hal tersebut harus segera diantispasi agar tidak semakin bertambah dan menghilangkan pantai Ngebom.
"Memang jangka panjang kalau tidak ada tindakan sedikit demi sedikit pasti akan terkikis.
Sementara kita lakukan pemantauan dan tanam pohon untuk mencegah sementara," terangnya.
Terpisah, Kepala Seksi Pengendalian Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kendal, Anung Dwikorawan, menjelaskan adanya abrasi pada dasarnya bisa dicegah dengan sejumlah upaya.
Penanaman pohon mangrove maupun cemara, hingga membuat pemecah ombak.
Akan tetapi, adanya batasan kewenangan pengelolaan pantai membuat Pemerintah Kabupaten lebih mengutamakan pencegahan saja daripada penanggulangan.
Kata Anung, regulasi wewenang sendiri ada di Provinsi Jawa Tengah.
Adanya batasan tersebut menjadikan pemkab tidak berani mengambil tindakan lebih sebelum ada persetujuan.
"Ini wewenang ada di provinsi. Kita sudah usulkan dan kirim pemberitahuan agar ada tindakan lebih lanjut.
Sementara yang kita lakukan hanya sebatas pembenahan dan pencegahan saja.
Kita juga bersama pemerintah kabupaten, DPUPR, Dinas Pariwisata berupaya mencari solusinya agar tidak semakin parah," ujarnya. (Sam)
• Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Provinsi Jateng Tahun 2020 Capai Rp 784 Miliar
• Tak Cuma Objek Wisata Guci, Okupansi Hotel Grand Dian Tegal juga Turun karena Musim Hujan
• Harga Bawang Putih di Kabupaten Semarang Turun namun Masih di Atas Normal
• Hasil Observasi Yusuf Selama 14 Hari Sudah Keluar, Eko : Sudah Diizinkan Beraktivitas Seperti Biasa