Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Wabah Virus Corona

Singapura, Hongkong dan Korsel Sukses Hadapai Wabah Virus Corona, Ini yang Mereka Lakukan

Pasien positif virus corona di negara barat semakin bertambah. Upaya pemerintah setempat mengendalikan peradaran wabah virus corona pun terbilang eks

Editor: muh radlis
EPA-EFE/STR
ILUSTRASI - Tim medis memeriksa seorang pasien yang terinfeksi virus corona di Rumah Sakit Jinyintan Wuhan pada 26 Januari 2020. 

TRIBUNJATENG.COM - Pasien positif virus corona di negara barat semakin bertambah.

Upaya pemerintah setempat mengendalikan peradaran wabah virus corona pun terbilang ekstrim.

Tak cuma sekolah, aktifitas bisnis pun ditutup total, selain itu pemerintah juga tidak memperbolehkan kerumunan warga.

Nagita Slavina Kaget Lihat Kemesraan Atta Halilintar dan Aurel: Belum Pacaran Kok Nempel?

Akhirnya Terbongkar, Ini Alasan Utama Rahmat dan Rony Lakukan Penyiraman Air Keras ke Novel Baswedan

Hari Ke-4 Malaysia Lockdown, Warga Masih Padati Pusat Perbelanjaan, Diingatkan Malah Marah

Robby Purba Posting Soal Kekecewaannya pada Ningsih Tinampi: Saya Harap Ini Sampai ke Ibu Ningsih

Di Asia, selain China yang jadi pusat wabah sejak awal 2020, berbagai negara mengalami hal sama.

Namun beberapa negara sukses meredam wabah ini.

Hongkong, Taiwan, Vietnam, Singapura, dan Korsel berhasil menekan laju persebaran, meski wilayah mereka sangat dekat dengan China daratan.

Artikel yang ditulis Helier Cheung di BBC News, Sabtu (21/3/2020), menjelaskan mengapa negara-negara itu tergolong sukses menghadapi Covid-19.

Pelajaran 1 : Bekerja Serius dan Bertindak Cepat

Para ahli kesehatan di negara-negara itu memiliki pemahaman sama, membuat keputusan bersama pemerintah untuk meredam persebaran virus Corona.

Mereka memerintahkan jaga jarak antar manusia dan mengisolasi yang sudah terpapar virus. Pembersihan lingkungan lewat penyemprotan disinfektan juga dilakukan.

Cara-cara ini diadopsi negara-negara lain di Asia termasuk Indonesia, Eropa, Amerika. Namun praktiknya di lapangan membuat perbedaan.

Perbedaan paling kentara, negara lain tidak bertindak cepat. “AS dan Inggris kehilangan kesempatan,” kata Tikki Pangestu, mantan Direktur Penelitian WHO.

“Mereka punya waktu dua bulan sejak kasus pertama ditemukan di China. Mereka beranggapan, China jauh dari negeri mereka,” katanya.

Kasus pertama di China dilaporkan ke WHO pada 31 Desember 2019. Saat itu laporan hanya menyebut ada kasus misterius serupa SARS, atau flu.

Belum ada indikasi virus itu menyebar antarmanusia, dan pengetahuan tentang virus misterius itu masih sangat terbatas.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved