Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Jangan Lupakan Demam Berdarah, Sudah Ada 157 Kasus dan 4 Meninggal karena DBD di Kota Semarang

Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi perhatian khusus di tengah ramainya pemberitaan tentang Covid-19 atau virus corona di Kota Semarang.

Penulis: Muhammad Sholekan | Editor: muh radlis
Tribun Jateng/Eka Yulianti Fajlin
Kepala Dinkes Kota Semarang, Abdul Hakam 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi perhatian khusus di tengah ramainya pemberitaan tentang Covid-19 atau virus corona di Kota Semarang.

Di Kota Semarang, Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat hingga 02 April 2020 pukul 15.00 WIB sudah ada 157 kasus dan 4 meninggal.

Dengan rincian bulan Januari 25 kasus dan 1 meninggal.

Setelah 14 Tahun Konflik, Betharia Sonata Menangis Ceritakan Alasannya Minta Maaf pada Willy Dozan

Klik Www.pln.co.id untuk Dapatkan Token Gratis Selama 3 Bulan, Ini Cara Mudahnya

Viral Pria di Solo Bagi-bagi Sembako Kendarai Sedan Mewah, Tukang Becak: Alhamdulillah Pas Sepi

Kecelakaan Mobil Merah Masuk ke Selokan Kawasan Citraland, Sopir Baru Belajar Nyetir

Bulan Februari ada 60 kasus 1 meninggal dunia.

Bulan Maret ada 70 kasus dengan 2 meninggal.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan, dr Moch Abdul Hakam menyebut angka tersebut sebenarnya menurun jika dibandingkan dengan angka kejadian tahun lalu pada bulan yang sama.

"Tahun 2019 bulan Januari Dinkes Kota Semarang mencatat ada 60 kasus dengan tidak adanya kasus meninggal.

Februari ada 80 kasus dengan 4 kasus meninggal dan Maret 88 kasus dengan 4 kasus meninggal," ungkapnya, Kamis (2/4/2020) malam.

Dinkes Kota Semarang sudah melakukan berbagai upaya untuk terus menekan angka kejadian DBD, salah satunya dengan penyediaan tenaga epidemiologi di seluruh Puskesmas, peningkatan kapasitas kepada Gasurkes (Petugas Surveilans Kesehatan), meningkatkan program Sicentik (siswa cari jentik) dan Satu Rumah Satu Jumantik.

"Juga bekerjasama lintas sektor untuk rutin mengadakan PJN (Pemantauan Jentik Nyamuk) secara serentak setiap hari Jum’at," ungkapnya.

Selain itu, Dinkes Kota Semarang juga telah melakukan inovasi dengan membuat sebuah sistem terintegrasi yang dinamai Tunggal Dara (Bersatu Tanggulangi Deman Berdarah).

"Tunggal Dara ini merupakan sistem informasi lintas sektor yang menjadi solusi untuk penanganan DBD yang terintegrasi dengan melakukan pelaporan dan analisa serta penyebarluasan informasi secara online kepada petugas, pemangku kepentingan, dan masyarakat," ucapnya.

Dinkes Kota Semarang akan terus berupaya melakukan peningkatan edukasi, PJN serentak, Sicentik, dan gerakan satu rumah satu jumatik (GSRSJ) untuk menekan jumlah penderita DBD di Kota Semarang.

"Karena selama ada nyamuk dan jentiknya, maka masih ada penderita DBD.

Hanya saja perlu ditekan penyebarannya, bagaimana pencegahannya dan tata kelola kasusnya agar tidak menimbulkan kematian yang lebih banyak lagi," tandasnya. (kan)

Kabar Baik, 2 PDP di RSUD Cilacap Dinyakatan Negatif Virus Corona

Sopir di Purbalingga Ini Bawa Jasad Korban Kecelakaan yang Ditabraknya ke RS Lalu Melarikan Diri

MGMP Tata Busana Jepara Mampu Kerjakan 300 APD dalam Seminggu‎

Wakapolri Ternyata Hadir di Pernikahan Kompol Fahrul yang Viral, Kompolnas: Wajib Diperiksa

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved