Ramadan 2020
UPDATE RAMADHAN 2020: Lebaran Bagi Perantauan hingga Tjahjo Kumolo Larang PNS Pulang Kampung
Tahun 2019 silam jumlah pemudik masuk Jateng mencapai sekitar 8,4 juta orang lengkap dengan membawa bekal hidup minimal dua pekan di pedesaan
Anggaran tersebut digunakan untuk mengamankan jaring sosial dan ekonomi di tengah wabah. Ganjar meminta para pekerja di kota-kota besar seperti Jabodetabek, Jabar, Jatim, Bali dan lainnya diminta menetap di lokasi masing-masing.
"Saya sarankan warga Jateng yang bekerja untuk tidak mudik. Saya doakan semua sehat, tapi kalau tidak sehat dan terjangkit virus corona, maka anda bisa menularkan kepada keluarga tercinta di rumah, kan kasihan," kata Gubernur Ganjar.
Seorang perantau asal Batang, sebut saja Ofi Riyani memilih untuk tidak mudik. Wanita yang bekerja sebagai karyawan di perusahaan BUMN di Jakarta ini, mengaku sedih dengan kondisi seperti ini.
Namun beruntung keluarganya sangat mendukung aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk sementara tidak mudik dahulu.
"Saya terakhir mudik tahun baru kemarin. Setelah itu belum mudik lagi," kata Ofi kepada Tribun Jateng. "Ya pasti sedih. Orangtua khawatir dan sedih juga.
Tapi alhamdulillah mereka mendukung saya untuk tidak mudik. Karena mereka paham konsekuensinya dan juga ingin mengikuti aturan pemerintah," ujar dia.
Ofi menyatakan, tidak akan mudik sampai pandemi covid-19 berakhir. Walaupun jika nanti diharuskan terpaksa menjalankan perayaan Idul Fitri di tempat perantauan. "Saya sudah bertekad untuk tidak mudik sampai pandemi berakhir. Walaupun nanti hingga perayaan Idul Fitri," tuturnya.
"Saya sendiri juga sadar bagaimana supaya badan tetap fit dan tidak mudah terserang penyakit. Disarankan untuk minum jamu buatan sendiri tiap hari, vitamin, jaga pola makan, dan cukup istirahat. Tak lupa untuk terus berdoa," beber Ofi.
Ofi beruntung diberi kesempatan untuk bisa bekerja di rumah kos selama pandemi covid-19. Selain itu, dirinya juga mendapatkan fasilitas masker, hand sanitizer, dan vitamin.
"Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk WFH dulu. Selain itu kami juga bisa mengakses website untuk memantau penyebaran covid-19 di area perusahaan. Kantor juga rutin melakukan penyemprotan desinfektan," kata Ofi yang tinggal di perbatasan dengan Jakarta Selatan.
Biaya Ekonomi makin tinggi
Terpisah, Angelina Ika Rahutami seorang ekonom Unika, menilai dampak ekonomi mudik tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Terlepas dari anjuran pemerintah agar para perantau tidak mudik, dan faktanya sebagian sudah mudik tiba di kampung halaman di Jawa Tengah, pengamat ekonomi ini melihat ada hal berbeda.
Menurutnya, sebagian besar pemudik bukanlah mudik karena Lebaran. Sebagian besar dari mereka mudik karena sudah tidak memiliki pekerjaan lagi di kota, atau dirumahkan, atau mengalami penurunan daya beli yang sangat banyak.
Secara ekonomi, masuknya ribuan pemudik ke desa atau pun kota asal, dengan ketidakjelasan kapan pulang, berbeda dengan arus mudik biasa yang akan memiliki kepastian kapan mereka akan kembali ke kota. Akan menimbulkan biaya ekonomi yang tinggi. Dan biaya ekonomi makin tinggi bila ternyata kepulangan mereka membawa dampak penyakit.
Biaya yang muncul adalah biaya individual dan biaya sosial. Biaya individual akan ditanggung oleh rumah tangga, tempat para pemudik ini kembali. Artinya setiap rumah tangga akan bertambah beban pengeluarannya.