Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Wabah Virus Corona

Lampu Ultraviolet Bisa Bunuh Virus Flu, Apakah Berlaku untuk Covid-19? Ini Penjelasan WHO

Tahun 2018,Amerika Serikat mengembangkan lampu ultraviolet (UV) yang bisa mencegah penyebaran virus flu...apakah termasuk virus corona covid-19

Penulis: Puspita Dewi | Editor: abduh imanulhaq
Instagram/Julesaart : #ultravioletlamp
Lampu Ultraviolet Bisa Bunuh Virus Flu, Apakah Berlaku untuk Covid-19? Ini Penjelasan WHO 

Sementara itu,  WHO mengingatkan butuh waktu lama untuk vaksin tersedia untuk keperluan publik. Para ilmuwan mengatakan uji klinis dan keamanan membutuhkan waktu sedikitnya 18 bulan.

“Waktu pengembangan kandidat virus ini banyak dihabiskan untuk mempelajari bagaimana cara mengembangkan vaksin untuk virus corona yang lain,” tutur Richard Hatchett, CEO dari Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (Cepi) yang berbasis di Oslo, Norwegia.

Sementara itu, dilansir dari kompas.com,  tanpa vaksin dan obat,  sebuah studi dari Harvard University  mengabarkan social distancing diperlukan hingga tahun 2022.

Studi yang dipublikasikan pada jurnal ilmiah mengatakan bahwa penerapan social distancing yang berselang-seling kemungkinan dibutuhkan sampai kira-kira tahun 2022 mendatang jika tidak ada vaksin atau obat farmasi yang mampu menyembuhkan virus corona.

Penelitian itu mengungkapkan bahwa total kejadian infeksi akibat Covid-19 selama lima tahun ke depan akan sangat bergantung pada sirkulasi teratur setelah gelombang pandemi di awal. 

Pada akhirnya, tergantung pada durasi kekebalan yang diberikan oleh infeksi Sars-Cov-2 itu.

Para peneliti mempelajari virus corona lain yang berkaitan dengan virus corona jenis baru (saat ini) yang menyebabkan Covid-19 mensimulasikan sejumlah hasil potensial untuk pandemi saat ini.

Mereka berpendapat menerapkan langkah-langkah jarak sosial yang dilakukan hanya satu kali dapat mengakibatkan "epidemi puncak tunggal berkepanjangan" yang melelahkan sistem perawatan kesehatan.

"Jarak yang terputus-putus (berselang-seling) mungkin diperlukan hingga tahun 2022 kecuali jika kapasitas perawatan kritis meningkat secara substansial atau pengobatan atau vaksin (telah) tersedia," begitu ungkap para peneliti dalam studi tersebut.

Menurut penelitian dari studi tersebut, simulasi transmisi (penularan) ditemukan pada:

Semua skenario model, SARS-CoV-2 mampu menghasilkan wabah besar terlepas dari waktu pembentukan.

Sama seperti pandemi influenza, banyak skenario menyebabkan SARS-CoV-2 memasuki sirkulasi jangka panjang bersama dengan virus beta corona manusia lainnya.

Variasi penularan musiman yang tinggi dapat menyebabkan insidensi (angka kasus) puncak yang lebih kecil selama gelombang pandemi awal, namun wabah musim dingin dapat menyebabkan pengulangan insidensi yang lebih besar. 

Kekebalan jangka panjang secara konsisten menyebabkan eliminasi efektif SARS-CoV-2 dan insiden infeksi keseluruhan yang lebih rendah.

Tingkat kekebalan silang yang rendah dari virus beta corona lain terhadap SARS-CoV-2 dapat membuat SARS-CoV-2 tampak mati, hanya untuk muncul kembali setelah beberapa tahun.

(*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved