Berita Internasional
PM Lebanon dan Anggota Kabinet hingga Parlemen Mengundurkan Diri Pasca-Ledakan di Beirut
Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengundurkan diri beserta kabinetnya setelah peristiwa ledakan di Beirut.
TRIBUNJATENG.COM, BEIRUT - Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengundurkan diri beserta kabinetnya setelah peristiwa ledakan di Beirut.
"Saya hari ini menyatakan pengunduran diri dari pemerintahan," ujarnya saat konferensi pers di istana presiden pada Senin (10/8/2020).
Pengumuman itu datang setelah beberapa anggota kabinetnya yang beranggotakan 20 orang mengumumkan pengunduran diri mereka secara pribadi.
• Seusai Periksa Anji Selama 10 Jam, Polisi Bakal Panggil Hadi Pranoto Terkait Obat Covid-19
• Terjadi 11 Kecelakaan di Tol Cipali Sejak Januari 2020, Ini Temuan Polisi dari Olah TKP
• Polisi Korban Kapal Patroli Tenggelam di Kaltara Ditemukan Meninggal, 2 Anggota Masih Dicari
• Cerita saat Habib Umar Assegaf Dipukuli & Diinjak Kepalanya Oleh Ormas di Solo
Pengunduran diri itu berarti Lebanon harus membentuk kabinet baru, meski baru beberapa bulan masa jabatan Diab yang dimulai awal tahun ini.
Menjelang pengumuman Diab, beberapa anggota parlemen juga mengundurkan diri, menurut Associated Press.

"Hanya Tuhan yang tahu berapa banyak bencana yang disembunyikan," kata Diab pada konferensi persnya, Washington Post melaporkan.
"Itulah mengapa saya mengumumkan pengunduran diri saya hari ini."
"Semoga Allah melindungi Lebanon. Semoga Allah melindungi Lebanon. Semoga Allah melindungi Lebanon."
Menurut AP, Diab menyalahkan ledakan itu terjadi akibat adanya korupsi sebelum ia menjabat.
"Seharusnya mereka (kelas politik) malu pada diri sendiri karena korupsi mereka yang menyebabkan bencana yang tersembunyi selama tujuh tahun ini," ujarnya.
Pengunduran diri dalam kabinet pemerintah dimulai pada hari Minggu ketika menteri informasi dan lingkungan mengundurkan diri, dan beberapa lainnya mengikuti, Reuters melaporkan.
Pengunduran diri massal di pemeritahan Lebanon ini terjadi setelah ledakan 4 Agustus di Beirut yang menewaskan sedikitnya 160 orang dan mencederai 6.000 lainnya.
Ledakan itu dipicu oleh ribuan ton peledak amonium nitrat.
Bahan kimia itu diduga disimpan secara tidak benar di gudang dekat pelabuhan selama bertahun-tahun.
Ryan Pickrell dari Business Insider sebelumnya melaporkan bahwa ledakan itu tercatat sebagai gempa bumi berkekuatan 3,3 SR.