Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Angka Kecelakaan Yang Libatkan Pesepeda di Semarang Meningkat

Fenomena munculnya banyak pesepeda di Kota Semarang pada saat ini, bikin angka kecelakaan yang melibatkan pengguna moda transportasi itu meningkat.

Tribun Jateng/Hermawan Handaka
KASATLANTAS POLRESTABES SEMARANG - Kasatlantas Polrestabes Semarang, AKBP Yuswanto Ardi saat jadi pembicara di Tribun Forum, Rabu (2/9/2020). Pada kesempatan itu Kasatlantas mengatakan, seiring dengan meningkatnya pengguna sepeda di Kota Lunpia, angka kecelakaan yang melibatkan penggowes juga meningkat. 

TRIBUN JATENG.COM, SEMARANG - Fenomena munculnya banyak pesepeda di Kota Semarang pada saat ini, bikin angka kecelakaan yang melibatkan pengguna moda transportasi itu meningkat.

Kasatlantas Polrestabes Semarang, AKBP Yuswanto Ardi mengatakan, kecelakan yang terjadi itu melibatkan pesepeda dengan pengguna kendaraan roda dua, mobil, maupun kendaraan berat lainnya.

Menurutnya, berdasarkan fakta di lapangan dan laporan yang diterima kepolisian, korban kecelakaan yang terdampak fatal justru bukan dari sisi pesepeda.

HOAKS Wali Kota Semarang dan Satpol PP Akan Gelar Razia Gerakan Disiplin Siswa

Penipu Tak Sadar Berurusan dengan Anak Presiden, Kaesang Pangarep: Nanti ada yang Ketuk Rumah

Ancaman Ganjar bagi ASN Langgar Protokol Kesehatan, Denda Rp 500 Ribu hingga Potong Tunjangan

Tangis Ayah Pencuri HP Demi Anak Sekolah Online Pecah Seusai Dapat HP dan Laptop dari Istri Menteri

Misalnya beberapa waktu lalu, ucap Ardi, ada pesepeda yang langsung pindah lajur tanpa memperhatikan pengguna jalan lain.

Di belakangnya, ternyata ada pemotor yang kemudian berusaha menghindari kecelakaan.

"Akhirnya pemotor itu jatuh dan mengenai trotoar."

"Sepeda secara undang-undang memang masuk dalam pedestrian."

"Namun ada jenis sepeda yang mempunyai kecepatan tinggi yakni road bike."

"Kecepatannya bisa menembus 45-60 Km/jam."

"Kecepatan seperti itu tentunya bisa menimbulkan resiko tinggi apabila terjadi kecelakaan," katanya di acara Tribun Forum, Rabu (2/9/2020).

Oleh karena itu, penyediaan jalur bagi pesepeda harus dibarengi dengan kebiasaan yang baik di masyarakat.

Pengamat kebijakan publik, Dzunuwanus Ghulam Manar mengatakan, kebiasaan atau kultur dibutuhkan lantaran tidak sedikit terjadi persinggungan antara pesepeda dan pengguna jalan lain.

Menurutnya, hal itu bisa terjadi karena belum terbentuknya kultur berlalu lintas yang baik dalam diri masyarakat saat bersepeda.

Dzunuwanus yang juga dosen di Fisip Undip itu menambahkan, satu di antara cara untuk membentuk kultur itu adalah dengan berkampanye cara bersepeda dengan baik.

"Kampanye itu bisa melibatkan komunitas pesepeda."

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved