Berita Banjarnegara
Kisah Viral Hoho Alkaf, Kepala Desa Bertato yang Aspal Jalan Penghubung Desa Pakai Uang Pribadi
Hoho Alkaf, sosok Kades Purwasaba Kecamatan Mandiraja Banjarnegara tengah ramai diperbincangkan di media sosial.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Hoho Alkaf, sosok Kades Purwasaba Kecamatan Mandiraja Banjarnegara tengah ramai diperbincangkan di media sosial.
Umurnya masih muda, 36 tahun.
Tapi ia sudah dipercaya memimpin masyarakat di desanya.
• Saldo Tabungan Puluhan Nasabah Bank di Pekalongan Mendadak Hilang, Ini Penjelasan Aestika
• Kepala Manyung Bu Fat Semarang Jadi Klaster Baru Covid, 25 Orang Diswab, Bagaimana Nasib Pengunjung?
• Pelakor Sempat Kejang-kejang Saat Berhubungan Badan dengan Suami Orang, Tak Lama Kemudian Tewas
• Update Virus Corona Kota Semarang Jumat 11 September 2020, Kelurahan Krobokan Terbanyak
Tampilannya cukup parlente.
Tidak seperti Kades pada umumnya.
Tapi bukan itu yang membuat publik terheran.
Meski berusaha ditutupi dengan pakaian lengan panjang, Hoho tetap tak bisa menyembunyikan tato di tangannya.
Lukisan di kulit tangannya begitu dominan, sampai di pergelangan.
Kulit putihnya nyaris tak terlihat karena dipenuhi tato.
Begitu pun di anggota badannya yang lain, baik badan, punggung hingga kaki yang penuh gambar.
Hoho mengakui punya masa lalu kelam.
Sewaktu sekolah, tubuhnya sudah bertato, meski belum penuh seperti sekarang.
Kupingnya beranting.
Hobinya tawuran.
Minuman keras (miras) hampir jadi konsumsi harian.
"Kalau ingat masa lalu, menyesalnya seumur hidup.
Andai waktu bisa diputar, jangan lah berperilaku seperti itu," katanya, kemarin, Kamis (10/9)
Hoho terlahir dari keluarga terpandang.
Ayahnya, Siswoyo Siswo Harsono pernah menjabat sebagai Kepala Desa dan anggota DPRD Banjarnegara.
Ia yang merupakan anak bungsu mengaku biasa hidup dimanja.
Meski ia mengakui orang tuanya cukup disiplin mendidik anaknya.
Perilakunya selalu diawasi.
Bahkan, saat ketahuan ada tato di tubuhnya, Hoho dimarahi habis-habisan.
Seluruh keluarganya menentang.
Saat kuliah di Jurusan Hukum Universitas Sultan Agung Semarang, ia mengaku masih nakal.
Kuliahnya sempat keteter.
Hingga ia berkeluarga, Hoho berangsur menata hidupnya.
Terlebih setelah orang tuanya meninggal.
Ia merasa tanggung jawab besar ada di pundaknya.
Hoho meneruskan usaha orang tuanya di bidang jasa konstruksi.
"Ayah saya minta dimakamkan di Mekkah, saya ziarah ke sana saat umrah,"katanya
Hoho menyadari, sebagian masyarakat masih memandang miring terhadap orang bertato seperti dirinya.
Tetapi baginya, suka atau tidak suka itu sifat manusia.
Karena itu, ia tidak ambil pusing terhadap orang yang membencinya.
Ia menilai masyarakat sekarang sudah cerdas.
Mereka tidak menghakimi seseorang dari penampilannya.
Nyatanya, ia berhasil mengambil hati masyarakat untuk memilihnya sebagai pemimpin.
Di luar penampilannya yang garang, Hoho ternyata punya sisi lain yang mengagumkan.
Sebelum menjabat kepala desa, ia mengaku telah mengaspal jalan desa dengan dana pribadi.
Jalan aspal sepanjang sekitar 800 an meter yang menghubungkan warga antar dusun itu mulanya masih tanah.
Padahal akses itu penting untuk menunjang mobilitas warga.
Setelah dilantik jadi Kades, ia pun mengaku menghibahkan mobilnya untuk operasional desa.
Mobil itu digunakan untuk membantu pelayanan terhadap masyarakat, utamanya bagi mereka yang sakit dan butuh moda trasnportasi ke rumah sakit.
"Kalau desa beli ambulance, anggarannya gak cukup karena sudah dipakai untuk pembangunan.
Saya hibahkan mobil saya," katanya. (aqy)
• 7 Anak Jalanan Diangkut Satpol PP Karanganyar, Diminta Mandi dan Salat
• Uang Kas Tersisa Rp 50 Juta, Kegiatan Persiku Kudus Tak Bisa Bertahan hingga Akhir Bulan
• Disdikbud Kendal Tahan Simulasi Pembelajaran Tatap Muka hingga Covid-19 Mereda
• Kakek di Kebumen Ini 2 Tahun Cabuli Cucunya Sendiri, Nenek yang Tahu Tak Berani Berbuat Apa-apa