Human Interest
Semangat Mbah Slamet Semarang Jualan Sabun Cuci Sambil Momong Cucu, Kaki Pincang Tak Jadi Soal
Diturunkannya masker yang dipakainya untuk sekadar mengatur napas, kemudian kembali mendorong keranjang yang berisikan puluhan botol sabun cuci.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Daniel Ari Purnomo
Sudah satu tahun warga Kebonharjo RT 3 RW 3, Tanjung Mas, Semarang Utara itu berjualan sabun cuci keliling.
Ia melakoni pekerjaan itu setelah berhenti menjadi pengayuh becak.
Keterbatasan biaya membuat kakek itu tak mampu memperbaiki becaknya yang rusak sehingga beralih menjadi pedagang keliling menggunakan troli supermarket.
"Kaki saya sudah lama sakit, sarafnya terjepit.
Mau jualan pakai sepeda tidak bisa, bisanya pakai roda tiga," katanya sembari memegang kaki kirinya.
Setiap hari, Slamet berkeliling ke pasar-pasar hingga perkampungan.
Ia mulai berkeliling pukul 07.00 WIB dan kembali ke rumah pukul 18.00.
Selama itu Slamet mengaku dapat menjual 20 sampai 25 botol sabun cuci perhari.
"Jualan dari pagi sampai sore sak titahe (jalan semampunya). Terkadang cuma 10 sampai 15 botol.
Kalau soal cukup atau tidaknya, untuk keperluan sehari-hari ya tidak cukup.
Tapi ya bagaimana lagi, tidak ada pilihan lain karena ini jualannya tidak perlu modal.
Lumayan, untung Rp 1.000an perbotol bisa untuk jajan cucu daripada uangnya untuk bayar orang momong (daripada uangnya digunakan untuk membayar.
(idy)
Baca juga: Kecelakaan di Tol Pekalongan, Mobil Honda CRV Alami Aquaplaning Hilang Kendali Hingga Terbalik
Baca juga: Hendi Sebut Pengetatan PKM Kota Semarang Bisa Berlanjut, Jika Protokol Kesehatan Tak Dijalankan
Baca juga: Lidah Sandri Kaku Tak Bisa Berkata-kata, Calon Istrinya Tewas Terjepit Lift Jelang Hari Pernikahan
Baca juga: Kisah Mbah Slamet di Semarang Dorong Cucu Pakai Troli Sembari Berjualan Sabun Cuci Piring
TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE :