Banjir Kendal
Beberapa Wilayah di Kendal Banjir Karena Sedimentasi Sungai dan Curah Hujan Tinggi
Tingginya curah hujan yang mengguyur Kabupaten Kendal dalam beberapa hari terakhir mengakibatkan air sungai membanjiri permukiman.
Penulis: Saiful Ma sum | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, KENDAL - Tingginya curah hujan yang mengguyur Kabupaten Kendal dalam beberapa hari terakhir mengakibatkan air sungai membanjiri permukiman.
Limpasan air sungai kembali menggenangi puluhan rumah di wilayah Kabupaten Kendal.
Seperti contoh, di Desa Wonorejo Kecamatan Kaliwungu, Kelurahan Kebondalem, Langenharjo, Patukangan, Pekauman, dan Ngilir di Kecamatan Kota Kendal.
Di Desa Wonorejo, banjir diakibatkan Sungai Waridin meluap akibat curah hujan yang tinggi.
• Prakiraan Cuaca Kendal Hari Ini Kamis 4 Februari 2021
• 6 Kilometer Jalan Provinsi Penghubung Temanggung-Kendal Rusak Parah, Korban Berjatuhan
• Pembangunan Relokasi Sementara Pasar Weleri Kendal Capai 90 persen Kotak Masuk
• Puting Beliung Ngamuk di Kendal, 25 Unit Rumah Warga Desa Margosari Porak Poranda, Butuh Material
Sementara di wilayah Kecamatan Kota Kendal, banjir diakibatkan karena Sungai Kendal tak bisa menampung debit air yang meningkat drastis.
Dikarenakan sungai yang dangkal dan banyaknya sampah yang tersangkut di jembatan penyebrangan.
Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Wonorejo, Muhammad Kisom mengatakan, banjir juga terjadi di Dusun Wonorejo, Desa Wonorejo menggenangi 35 rumah warga setinggi 40 sentimeter.
Rinciannya 20 rumah di RT 01 RW 05 dan dan 15 rumah di RT 01 RW 04.
"Air mulai masuk ke permukiman warga hingga ketinggian satu meter, akibat hujan yang deras. Sehingga air sungai meluap," katanya, Kamis (4/2/2021).
Menurutnya, Sungai Waridin meluap karena sedimentasi sungai cukup banyak, sementara talut sungai rendah.
Akibatnya, badan sungai tak mampu menampung debit air yang semakin meninggi hingga meluap ke permukiman.
"Air dari hulu meningkat, makanya Desa Wonorejo yang menjadi bagian hilir terendam," ujarnya.
Akibatnya, aktivitas warga tengganggu dikarenakan jalanan tidak bisa dilalui dengan baik karena terendam air.
Meski begitu, warga memilih untuk bertahan di rumah masing-masing sembari memantau barang berharganya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kendal, Sigit Sulistyo mengatakan, selain banjir di Desa Wonorejo, hujan deras mengakibatkan sejumlah bencana di desa lain.
Seperti contoh banjir di Desa Wonosari Kecamatan Patebon akibat limpasan Sungai Bodri.
Selain itu, kata Sigit, bencana lain juga terjadi di beberapa daerah. Seperti tanah longsor di Desa Protomulyo, Kecamatan Kaliwungu Selatan yang mengakibatkan sebagian tembok dua rumah roboh.
Sementara di Desa Penyangkringan Kecamatan Weleri dan Desa Sukomulyo Kecamatan Kaliwungu Selatan, terjadi bencana pohon tumbang yang menimpa rumah warga. "Tetapi Alhamdulillah, tidak ada korban jiwa," tuturnya.
Sigit mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada selama musim penghujan yang diperkirakan puncaknya hingga akhir Februari.
Katanya, akibat dampak fenomena La Nina, musim hujan tahun ini menjadi lebih ekstrim dibandingkan musim hujan tahun lalu. Curah hujan lebih tinggi 40 persen dari tahun lalu dengan rata-rata mencapai 300 - 500 milimeter.
"Yang harus diwaspadai adalah hujan lebat, limpasan air banjir, longsor, angin ribut dan angin puting beliung," terangnya.
BPBD Kendal mencatat, sejak awal Januari hingga saat ini, telah terjadi 23 bencana longsor, 16 bencana banjir dan 5 bencana angin puting beliung di wilayah Kendal.
• Pemkot Semarang Klaim Bisa Kendalikan Banjir Tanah Mas, Dosen Undip: Masih Ada Masalah Lain
• Video 2.500 Warga Terdampak Banjir Hitam Pekat Diduga Limbah
• Sri dan Nanda Terseret Banjir Bandang saat Duduk di Teras, Keduanya Tewas
• Cek Banjir Berwarna Hitam Pekat, Hartopo: Pura Akan Membantu Penyedotannya
Kata Sigit, bencana banjir terjadi akibat kondisi sungai yang dangkal dan alih fungsi lahan hutan yang diganti dengan tanaman semusim. Oleh karena itu, BPBD berharap kepada pihak yang berwenang agar melakukan perawatan sungai dan hutan agar kondisi alamnya terjaga dengan baik.
"Pemkab Kendal telah menetapkan siaga bencana mulai Oktober 2020 hingga 31 Maret 2021," katanya.
Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kendal, Iwan Sulistio menambahkan, satu di antara titik yang mendapat perhatian khusus terjadinya bencana adalah tanggul atau bronjong di Desa Lanji Kecamatan Patebon. Katanya, tanggul tersebut beberapa kali mengalami kebocoran akibat debit air Sungai Bodri yang meninggi. Sehingga mengancam warga yang tak jauh dari lokasi.
"Untuk mencegah terjadinya tanggul jebol, BPBD bersama warga setempat melakukan kerja bakti membuat penahan berupa karung plastik yang diisi pasir dan tanah. Kurang lebih ada 1.000 karung yang sudah diberikan untuk menanggulangi banjir yang bisa datang kapan saja," tutupnya. (Sam)