Berita Viral
Kisah di Balik Pengawetan Otak Lenin yang Disayat Jadi 30.953 Irisan
Lenin disebut meninggal karena sifilis otak. Pada 1920-an, sifilis sangat umum di Rusia dan bisa ditularkan bukan melalui kontak seksual
TRIBUNJATENG.COM - Vladimir Ilyich Ulyanov atau yang lebih dikenal dengan nama Vladimir Lenin lahir di Rusia pada 22 April 1870.
Lenin meninggal dunia pada 21 Januari 1924.
Hingga kini, tubuh Lenin masih bisa dilihat di mausoleum Lapangan Merah, Moskow.
Lenin adalah sosok pemimpin Revolusi Rusia yang punya kemampuan intelektual luar biasa.
Dia lulus dari Gimnasium Klasik Simbirsk dengan medali emas serta dapat menulis dengan lancar dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Jerman.
Tidak hanya itu, dia juga bisa berbicara bahasa Yunani dan Italia.
Aleksandr Schlichter (1868-1940), negarawan Soviet yang bekerja dengan Lenin mengingat dengan jelas, Lenin dapat menulis sebuah artikel untuk satu halaman surat kabar hanya dalam satu jam.
Teman sekelas Lenin, Aleksandr Naumov (1868-1950) menyebutnya sebagai “ensiklopedia berjalan” dan menulis Lenin memiliki
“Kemampuan luar biasa: ingatan luar biasa, keingintahuan ilmiah yang tak pernah terpuaskan, dan produktivitas yang luar biasa.”
Pada akhirnya, tujuan nyata dari hidup Vladimir Lenin - penghancuran monarki Romanov dan pembentukan Uni Soviet - dicapai dengan luar biasa olehnya melalui aktivitas bawah tanah selama bertahun-tahun, kerja keras, propaganda, spekulasi keuangan, dan intrik.
Keberhasilan itu telah membuat Lenin menerima status ikonik selama hidupnya.
Kaum Bolshevik dan orang-orang Rusia yang mendukungnya percaya, Lenin adalah semacam manusia super.
Rupanya, tujuan para dokter ingin mempelajari otak Lenin adalah untuk menentukan kemungkinan alasan kemampuannya yang luar biasa.
Segera setelah kematiannya, otak Lenin dikeluarkan.
Saat ini, otak Lenin diawetkan di Departemen Penelitian Otak Pusat Ilmiah Neurologi Akademi Ilmu Kedokteran Rusia.