Berita Kabupaten Tegal
Terdampak Penutupan Wisata, Pelaku Usaha di Guci Ada yang Harus Jual Motor demi Kelangsungan Hidup
Merasakan dampak yang sangat luar biasa dengan adanya penutupan wisata, pengelola lapak UMKM di objek wisata Guci kesulitan ekonomi.
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: moh anhar
TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Merasakan dampak yang sangat luar biasa dengan adanya penutupan wisata, membuat Pemilik Warung Bakso di area wisata Guci Kabupaten Tegal, Sono Sopiyanto (55), terpaksa menjual sepeda motor dan mengalami kerugian sampai Rp 20 juta.
Hal ini terjadi karena Sono sama sekali tidak bisa berjualan sudah beberapa bulan terakhir, bahkan sebelum ada kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Meskipun ada pelonggaran boleh buka dengan syarat protokol kesehatan diperketat, namun Sono merasa sama saja percuma karena tidak ada pembeli.
Mengingat konsumen utamanya adalah wisatawan yang datang ke objek wisata Guci, karena masih ditutup sehingga tidak ada pengunjung sama sekali.
Bahkan mendapat satu atau dua pembeli pun ia sudah sangat bersyukur.
Baca juga: Kartu Vaksin Kini Jadi Syarat Wajib Mengurus Administrasi Kependudukan? Ini Penjelasan Kemendagri
Baca juga: Lebih dari 3.000 Pelajar di Kota Semarang Sudah Divaksin, Kapan Lainnya? Ini Jawaban Kepala Disdik
Baca juga: Penyandang Disabilitas Mental di Pati Buka Dapur Umum, Rebus Ribuan Telur Tiap Hari untuk Nakes
Baca juga: Pelaku Lempar Batu Truk Tertangkap di Bandungan, Diduga Idap Sakit Jiwa, Polisi Membawanya ke RSJ
"Kalau untuk sekarang saya benar-benar tidak berjualan, bahkan saat momen lebaran kemarin saya rugi Rp 20 juta. Karena saat itu Kamis - Sabtu wisata buka dan Minggu nya ditutup lagi. Saya baru dapat pemasukan Rp 400 ribu tapi sudah ditutup lagi, padahal untuk modalnya saja sudah hutang, intinya saya sangat terdampak dengan adanya penutupan wisata ini," ungkap Sono, pada Tribunjateng.com, Kamis (29/7/2021).
Termasuk pelaku usaha yang ikut memasang bendera putih, Sono mengaku ia sangat kesulitan terutama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti membayar listrik, makan, dan lain-lain.
Padahal biasanya sebelum ada penutupan, paling tidak pada hari Sabtu-Minggu Sono bisa mendapat uang Rp 500 ribu - Rp 600 ribu.
Sudah membuka warung bakso sejak awal-awal Wisata Guci Beroperasi tepatnya tahun 1988, Sono menyebut kondisi yang ia alami saat ini adalah yang terburuk.
Merupakan warga asli Dukuh Pekandangan, Desa Rembul, RT 09 RW 02 Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Sono mengaku sampai harus menjual motor untuk kebutuhan sehari-hari dan menyambung hidup.
"Saking tidak ada pemasukan dan bingung harus pinjam siapa, akhirnya saya jual motor laku Rp 6 juta. Karena misal saya mau coba usaha atau cari pekerjaan lain juga sepertinya tidak mungkin, mau jual bakso keliling juga sama-sama sedang sepi dan nanti malah bentrok sama pedagang yang lainnya, jadi yausdah akhirnya jual motor saja," ujarnya.
Sono berharap, objek wisata bisa dibuka atau beroperasi kembali.
Sehingga pelaku usaha bisa mulai berdagang atau membuka usahanya kembali.
Karena menurutnya, saat ini masyarakat setres atau sakit bukan karena Covid-19 tapi malah setres karena tidak bisa membuka usaha, tidak ada penghasilan, karena dimana-mana akses juga ditutup.
"Ya alhamdulillah kemarin sudah dapat bantuan beras 20 kilogram, tapi ya namanya saya keluarga besar beras saat ini sudah habis," katanya.