Berita Solo
Sari Lerak, Resep Warisan Nenek Moyang untuk Perawatan Tradisonal Kain Batik Tulis dan Cap
Batik memiliki fisolofi dan keunikan yang ada pada setiap goresan coraknya menjadi salah satu daya tarik tersendiri.
Penulis: Muhammad Sholekan | Editor: moh anhar
Sedangkan, untuk mencuci batik menggunakan deterjen sangat tidak disarankan.
Hal ini karena bisa merusak batik dan juga kain itu sendiri.
"Batik itu kan dibuat secara tradisional bahannya lilin atau malam, kalau dicuci menggunakan deterjen berbahan kimia bisa memudarkan batik, warna, dan merusak kainnya," tuturnya.
Menurutnya, batik juga tidak boleh dicuci menggunakan mesin cuci dan dijemur di bawah terik matahari langsung.
"Cukup direndam menggunakan sari lerak, kemudian kucek perlahan. Rendam lagi baru di jemur di tempat yang teduh jangan kena sinar matahari langsung," urainya.
Budiono menjelaskan, pembuatan sari dilakukan melalui beberapa tahapan.
Pertama, memisahkan buah lerak dari bijinya. Setelah itu, buah atau daging lerak direbus menggunakan air untuk mengeluarkan getahnya.
Baca juga: Polsek Juwana Pati Hentikan Acara Resepsi Pernikahan Tanpa Izin
Baca juga: Video Tim Penjemputan Vino Yatim Piatu Akibat Covid-19 Berangkat ke Kutai Barat
Baca juga: Pak Eman Menggengam Uang Rp 5 Ribu, Tersenyum Malu Mau Beli Nasi Padang, Kini Dapat Donasi 105 Juta
"Getah itu yang akan kita proses, kadar air juga perlu diperhitungkan. Kalau tanpa air tidak bisa mengambil sarinya," ungkapnya.
Perebusan dilakukan kurang lebih selama 2 jam untuk mengeluarkan getah lerak.
Setelah dingin, sari lerak dituang ke dalam botol kemasan yang sudah disiapkan.
"Untuk botol kecil ukuran 250 ml harganya Rp10 ribu, yang kemasan 500 ml harganya Rp 20 ribu. Penjualan sudah menjangkau ke seluruh Indonesia, mulai dari Bali, Kalimantan, Sumatera, dan ke berbagai wilayah lainnya," ungkapnya.
Tetapi, di tengah pandemi Covid-19 ini produksinya juga terhambat. Sebelumnya dalam sebulan bisa meraup omzet Rp 150 juta, sekarang hanya berkisar Rp 15 juta sampai Rp 25 juta.
"Adanya pandemi ini batik juga tidak jalan. Dulu karyawan saya 10 orang, sekarang tinggal dua orang. Jadi memang cukup terdampak," tandasnya. (*)