Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Liputan Khusus

Benarkah Pantura Jawa Tengah Akan Tenggelam, Ini Analisis Pakar Hidrologi

PERNYATAAN akan tenggelamnya pantura Jawa Tengah kalau dilihat dari perubahan bumi memang ada kemungkinan tapi tidak seratus persen benar.

Tribunjateng/Alaqsha Gilang Imantara
Sejumlah siswa SDN Bedono 1 Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak bermain di halaman sekolah yang berhadapan langsung dengan bibir laut dan air rob, Jumat (8/2/2019) pagi. 

Oleh DR. Ir. Nelwan, Dipl. HE
Pakar Hidrologi

PERNYATAAN akan tenggelamnya pantura Jawa Tengah kalau dilihat dari perubahan bumi memang ada kemungkinan tapi tidak seratus persen benar.

Kenapa begitu? karena kenyataannya tanah daerah pantai utara ini termasuk Semarang telah terjadi land subsidence atau penurunan yang sangat sigsinifikan.

Di pantai utara Jawa Tengah penurunan bisa berkisar hingga 20 cm per tahun. Terkait hal ini dari dulu saya sudah mengutarakan terutama di Kota Semarang.

Waktu itu saya memberikan solusi, pertimbangannya karena pengambilan air tanah yang cukup bertambah sesuai perkembangan masyarakat dan ekonomi, untuk kebutuhan domestik dan industri naik dengan cepat.

Oleh karena itu saya mengatakan kalau tidak ada keseimbangan pengambilan air tanah dan pengisian maka akan terjadi land subsiden yang membahayakan.

Saya memberikan solusi kepada BBWS Pemali Juwana, mengajukan proposal pengisian kembali air tanah. Antara lain dengan membuat sumur dalam yang kemudian aliran sungai kita alirkan ke sumur dalam.

Misalkan saja dibikin sumur dalam di dekat Kaligarang. Namun usulan dengan anggaran Rp 5 miliar itu hingga sekarang belum direalisasikan.

Sebetulnya biaya yang digunakan untuk membuat sumur dalam tidak mahal tapi fungsinya sangat besar.

Pengisian kembali air tanah sangat penting bahkan di negara lain seperti India dan Kamboja sudah memikiran hal tersebut.

Selain pengambilan air tanah, penyebab lain terjadinya penurunan permukaan tanah di pantura Jateng karena gangguan terhadap garis pantai. Maksudnya, saat ini daerah pantai habis dijadikan kawasan industri dan perdagangan.

Nah itu akibatnya banyak merusak garis pantai yang dulunya ditumbuhi mangrove habis semua. Sebelah barat kawasan Graha Padma Kota Semarang misalnya dijadikan kawasan industri.

Akibatnya tenjadi longsor yang mengakibatkan penurunan dataran.

Kedua hal tersebut yakni banyaknya pengambilan air tanah dan rumahnya garis pantai merupakan faktor yang signifikan terjadinya land subsidence.

Sebab lain misalnya saja seperti Tambaklorok itu merupakan suatu ganjel daripada pelabuhan Semarang.

Ini harusnya dilakukan penghijauan pantai. Pantai kita miskin mangrove. Solusi jangka pendeknya penghijauan pantai, tujuannya ini untuk menahan kelongsoran pantai.

Kalau pantai longsor maka semuanya akan turun atau melorot.

Tambaklorok sudah jelas terjadi penurunan tanah, pembangunan yang dilakukan sekarang menjadi sia-sia jika tidak dibarengi dengan upaya atau solusi yang diusulkan tadi. Karena sebentar saja rumah tenggelam lagi karena tanah melorot.

Oleh karena itu wilayah itu lebih cocok dikembangkan rumah apung, seperti di Kalimantan. (tim)

Baca juga: BERITA LENGKAP : Ahli Geodesi Prediksi Tahun 2050 Pesisir Semarang Demak dan Pekalongan Tenggelam

Baca juga: Warga Tambak Lorok Masak Ketupat Syawalan Tak Hiraukan Banjir Air Rob

Baca juga: Air Rob Genangi Jalur Pantura Demak, Polisi Turun Tangan Urai Kemacetan

Baca juga: Video Air Rob di Perumahan Bahari Sentosa Dampyak Tegal Berangsur Susut

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved