Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Lamongan

Harga Telur Ayam Anjlok di Kisaran Rp 14.000/kg, Produsen Bagikan Gratis pada Warga

Produsen telur ayam di Lamongan, Jawa Timur kolaps karena harga telur anjlok. Harga jual telur sangat murah, tak sebanding dengan biaya produksi

(KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI)
Seorang warga saat membeli telur di salah satu kios pedagang telur di Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (19/7/2018). Akibat tingginya permintaan, harga jual telur ayam ras mencapai hingga Rp 29.000 per kilogram atau untuk harga eceran tembus Rp 2.500 per butir. 

Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional, Ki Musbar Mesdi membenarkan hal harga telur ayam yang anjlok. Bahkan, dalam catatannya, harga telur ayam di Blitar, Jawa Timur sempat berada di level Rp 14.000/kg.

Padahal, harga normal telur ayam berkisar Rp 20.000/kg. “Iya benar (anjlok harganya-Red). Itu yang paling parah di Blitar. Kemarin masih ada di level antara Rp 14 ribu-Rp 15 ribu per kg,” ucapnya, saat dikonfirmasi Tribun.

Menurut dia, harga telur ayam yang anjlok imbas dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 hingga 4. Musbar menjelaskan, pembatasan mobilitas itu telah mengganggu alur distribusi telur dari produsen menuju kota-kota besar seperti DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Sehingga, dia menambahkan, stok telur ayam di wilayah-wilayah produsen mengalami over stock. Sebagai informasi, pangsa pasar para peternak telur di sejumlah daerah adalah industri di kota-kota besar yang bergerak di sektor hotel, restoran, dan kafe (Horeka). Namun, industri horeka kini sedang mengalami penurunan signifikan akibat pukulan pandemi covid-19.

Selain itu, distribusi telur ayam juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga dan industri rumah tangga seperti warung makan sederhana (warung tegal/warteg).

“(Penyebabnya-Red) serapan turun. Karena kita ini masih PPKM Level 3-4, untuk daerah DKI Jakarta dan Jawa Barat. Karena produksi nasional itu sekitar 50 persen diserap di sana,” papar Musbar.

“Untuk saat ini yang banyak menyerap adalah konsumsi rumah tangga dan industri rumah tangga. Nah, itu kan serapannya tidak sebesar horeka. Ini menyebabkan serapan telur turun, sehingga terjadi over stock di tingkat peternakan,” sambungnya. (Tribun Network/ful/nif/van/wly)

Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Kembali Menguat Kemarin, Begini Prediksi Pergerakan Rupiah Hari Ini

Baca juga: Respons Nikita Mirzani Pemilik Saham Holywings Kemang yang Disegel Aparat: Lagi Apes 

Baca juga: Pengusaha Korban Penyekapan di Depok Laporkan Keterlibatan Oknum Aparat

Baca juga: 17 Tahun Kematian Aktivis HAM Munir, Mahasiswa Khawatir Kasusnya Kedaluwarsa

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved