Berita Semarang
Cegah Stunting, BKKBN Sarankan Calon Pengantin Perempuan Lakukan Prekonsepsi
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo memaparkan, stunting tidak hanya harus diatasi, namun harus dicegah. Banyak kekurangan yang dihadapi pengdiap stunting.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: moh anhar
"Kalau lingkar lengan kurang dari 23 sentimeter risiko melahirkan anak stunting. Kalau HB kurang dari 11,5 risiko anak stunting. Kekurangan asam folat dan vitamin D, plasenta akan tipis kalau vitamin D kurang," urainya.
Lebih lanjut, Hasto menambahkan, calon pengantin perempuan juga harus dipastikan tidak mengalami anemia.
Perempuan harus menyadari bahwa mereka mengeluarkan darah menstruasi setiap bulan.
Dia mencatat, 30 persen remaja perempuan mengalami anemia karena menstruasi.
Sehingga, perempuan perlu minum tablet penambah darah.
Dalam rangka pencegahan stunting, Hasto juga berharap, ibu bisa mememberikan ASI eksklusif pada enam bulan pertama.
"Banyak perempuan muda gagal menyusui gara-gara tidak tlaten. Payudara sakit, bengkak. Ini karena asi harus dikeluarkan setiap tiga jam. Ibu-ibu muda sering salah. Pemberian ASI seharusnya payudara kiri lima menit, payudara kanam tujuh menit dalam sekali menyusui. Payudara kedua lebih lama karena bayinya sudah kenyang. Supaya adil, jadi lebih lama," jelasnya.
Menurutnya, Semarang menjadi komitmen yang pertama.
Baca juga: Jackpot Fishing Aplikasi Penghasil Uang Pasti Cuan, Game Penghasil Pulsa Tercepat
Baca juga: Tak Hanya Minyak Goreng, Harga Cabai juga Ikut Melonjak, Ada yang Sampai Rp 40 Ribu Per Kilogram
Dia meminta Tanjungmas sebagai kelurahan yang memiliki kasus stunting terbanyak di Semarang agar tidak berkecil hati.
Pihaknya bersama Pemerintah Kota Semarang akan membuat program bersama, yakni percontohan dapur sehat. Program mengambil makanan lokal menangani stunting.
Dia optimistis Tanjungmas akan menjadi kelurahan yang bebas stunting. (*)