Berita Banyumas
Sejarah Mendoan Banyumas Ditemukan Secara Tidak Sengaja, Kini Menjadi Warisan Budaya Tak Benda
Bagi warga Banyumas dan sekitarnya siapa yang tidak kenal dengan mendoan. Olahan makanan berbahan dasar tempe ini sangat populer.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: moh anhar
Baru kemudian digoreng lagi untuk proses kedua kalinya sampai kering, hal itu harus dilakukan dua tahap.
"Jadi dalam keadaan tahap pertama ini, mungkin ada orang yang ngiler kepingin mencoba dan dimakan walaupun itu sebetulnya baru tahap pertama digoreng.
Ini yang kemudian menjadi makanan yang dinamakan mendoan," ujarnya kepada Tribunbanyumas.com, Senin (8/11/2021).
Dari percobaan itulah kemudian dikembangkan makanan khusus yang dinamakan mendoan.
Makanan mendoan tercipta dari ketidaksengajaan dari makanan keripik tempe yang belum sepenuhnya jadi.
Pada perkembangannya mendoan menjadi penuh bumbu seperti, seledri, ketumbar, bawang putih, dan muncang.
Tohari menjelaskan kata mendo mempunyai arti 'setengah matang' atau lembek dan bisa juga berarti lemah.
"Misal, kalau orang lembek itu bisa dikatakan, mentalnya jangan mendo.
Jangan lemah atau lembek.
Jadi kata mendo sendiri sering ditasbihkan kepada orang Banyumas yang suka tidak serius dan mengerjakan sesuatu tidak selesai dengan tuntas," terangnya.
Ahmad Tohari mengaku tidak suka orang Banyumas disebut mempunyai mental mendoan.
Karena ungkapan tersebut kerap dikaitkan kepada orang yang bermalas-malasan.
Ketika masih indekos di dekat Pasar Wage Purwokerto pada 1962, Ahmad Tohari ingat betul sentra keripik dan mendoan.
Ia sempat indekos di sebelah rumah pemilik mendoan tersebut.
"Mendoan itu sangat pas sekali dinikmati dengan kopi hitam kental dan cabai rawit atau orang sini menyebutnya nyigit," katanya.