Berita Kendal
Harga Bawang Merah Anjlog, Petani Kendal Siasati Hasil Panen untuk Bibit Tahun Depan
Di penghujung 2021, petani bawang merah di Kabupaten Kendal kelimpungan karena harga bawang merah anjlog di bawah Rp 10.000 per kilogram.
Penulis: Saiful Ma sum | Editor: moh anhar
TRIBUNJATENG.COM, KENDAL - Di penghujung 2021, petani bawang merah di Kabupaten Kendal kelimpungan karena harga bawang merah anjlog di bawah Rp 10.000 per kilogram.
Kini, bawang merah basah di tingkat petani hanya dihargai Rp 8.000 - Rp 9.000 per kilogram.
Meskipun dengan kualitas bagus dan besar.
Seorang petani bawang merah, Muhti mengatakan, hasil panen bawang merah di Kabupaten Kendal kali ini cukup bagus.
Baca juga: Buntut Perkelahian di 87 King Coffee, Pemilik Kafe Dipanggil Polisi dan Buat Surat Pernyataan
Baca juga: Polemik Video Desa Wisata Dieng Kulon Peraih Penghargaan, Pokdarwis: Video Itu Bukan kami yang Buat
Baca juga: Vaksinasi untuk Usia Anak SD Dimulai 24 Desember, Gubernur Jateng Ganjar: Ini Kabar Bagus
Rata-rata bisa panen bawang merah kualitas super jika dipanen cukup umur.
Akan tetapi, harga bawang merah saat ini tidak mendukung perekonomian petani.
Sebagian memilih pasrah dengan tetap menjual hasil panen, sebagian lagi menggunakan hasil panen untuk bibit tanaman di masa yang akan datang.
"Hasil bawangnya bagus, namun ya itu harganya anjlog. Hanya di angka Rp 8.000 - Rp 9.000 per kilogram," terangnya, Jumat (10/12/2021).
Ia berharap, pemerintah bisa memberikan solusi atas siklus anjlognya harga barang merah setiap panen raya.
Minimal menambah stok pupuk subsidi untuk meringankan biaya produksi.
Petani lain, Supriyadi menambahkan, separo dari hasil penennya dibuat bibit bawang merah untuk musim tanam pada Februari mendatang.
Sisanya tetap ia jual untuk ongkos musim tanam lanjutan.
Supriyadi tidak mau menjual semua hasil panen bawang merahnya dengan harga jauh dari harapan.
Katanya, harga jual di bawah Rp 10.000 tetap akan membuat petani merugi.
Belum lagi, petani harus membeli bibit bawang merah untuk tanam di musim setelahnya.
"Yang jelas, biaya produksi tanam bawang merah sangat tinggi, semua mahal. Kalau hitungannya, minimal harga jual Rp 15.000 per Kg biar gak rugi. Kalau mau untung sedikit, harga jual harusnya Rp 20.000 per Kg," katanya.
Ia berharap, siklus tahunan yang terjadi setiap panen raya ini bisa dicarikan solusi oleh pemerintah.
Sehingga beban petani bawang merah jadi lebih ringan.
Kepala Desa Kedunggading, Kecamatan Ringinarum, Kendal, Budiyono mengatakan, anjlognya harga bawang merah tidak terpengaruh musim penghujan.
Hanya saja, karena daerah-daerah lain juga sedang panen, sehingga stok bawang merah melimpah.
"Mayoritas warga kami adalah petani, utamanya petani bawang merah. Kalau pas musim seperti ini, jadi kasihan," ujar dia.
Budiyono mengaku, tidak mengetahui pasti penyebab turunnya harga jual bawang merah di bawah Rp 10.000 per kilogram.
Baca juga: Kota Semarang Disebut sebagai Tempat yang Mendukung Segala Bentuk Kesetiakawanan Sosial
Baca juga: Hendi Kukuhkan Paguyuban PKL Sebagi Wadah Sinergi dengan Pemerintah
Kata dia, biasanya harga tertahan di angka Rp 10.000 - Rp 11.000 per kilogramnya. Dengan jaminan kualitas bawang merah tetap bagus dan besar.
Budiyono mendorong pemerintah daerah, provinsi, hingga pusat agar memperhatikan betul kesejahteraan para petani, termasuk petani bawang merah yang tersebar di beberapa daerah.
"Menanam bawang merah ini biayanya mahal. Biasanya BPKB kendaraan 'disekolahkan' (digadai) sebagai jaminan. Kalau hasil panen turun drastis, bisa-bisa hilang barang berharganya. Karena semua penunjang tanaman bawang merah serba mahal, dan ini perlu solusi," tegasnya. (*)