Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kriminal

Herry Wirawan Daftarkan 8 Bayi Hasil Memperkosa Sebagai Yatim Piatu, Tujuannya Terungkap di Sidang

Seorang guru pondok pesantren Herry Wirawan bisa memperkosa 12 santriwatinya dan kini memiliki sembilan bayi membuat publik bertanya-tanya.

Editor: rival al manaf
Istimewa Tribun Jabar
Herry Wirawan, guru pesantren di Bandung yang merudapaksa 12 santriwatinya hingga melahirkan 9 bayi. 

TRIBUNJATENG.COM, BANDUNG - Seorang guru pondok pesantren Herry Wirawan bisa memperkosa 12 santriwatinya dan kini memiliki sembilan bayi membuat publik bertanya-tanya.

Bagaimana ia bisa menutupi kelahiran sembilan bayi hingga akhirnya aksi yang sudah dilakukan sejak tahun 2016 itu baru terungkap tahun ini.

Melalui sebuah fakta persidangan, terungkap tabiat Herry lebih keji dari hanya sekadar memperkosa.

Delapan dari sembilan bayinya telah didaftarkan sebagai anak yatim piatu.

Baca juga: Tampang Herry Wirawan, Guru Pondok Pesantren Punya Sembilan Bayi Hasil Merudapaksa 12 Santriwati

Baca juga: Wajah Herry Wirawan Pria Tiduri 12 Santriwati, KH Aceng: Bukan Ketua Forum Pondok Pesantren

Baca juga: Tiap Hari Cabuli Santriwati, Guru Ngaji HW Begitu Tenang saat Korban Bilang Hamil, Ini Katanya

"Fakta persidangan mengungkap bahwa anak-anak yang dilahirkan oleh para korban diakui sebagai anak yatim piatu dan dijadikan alat oleh pelaku untuk meminta dana kepada sejumlah pihak," ungkap LPSK.

LPSK pun meminta Polda Jabar mengungkap dan menelusuri aliran dana yang dipakai Herry Wirawan serta dugaan penyalahgunaan dana bantuan.

 "LPSK mendorong Polda Jabar juga dapat mengungkapkan dugaan penyalahgunaan, seperti eksploitasi ekonomi, serta kejelasan perihal aliran dana yang dilakukan oleh pelaku dapat diproses lebih lanjut," pungkas LPSK.

Ketua P2TP2A Kabupaten Garut, Diah Kurniasari mengatakan saat ini seluruh bayi tersebut sudah dibawa oleh orangtua korban.

Sementara korban saat ini masih menjalani trauma healing di rumah aman P2TP2A.

"Bayinya semuanya sudah ada di ibu korban masing-masing," ucapnya.

Trauma healing yang dilakukan P2TP2A tidak hanya dilakukan kepada korban rudakpaksa, namun juga diberikan kepada orangtua korban.

Diah menjelaskan, sejak awal pihaknya sudah mempersiapkan korban untuk siap jika suatu saat masalah mereka terkuak ke publik.

"Kondisi korban saat ini Insya Allah sudah lebih kuat, kami sudah jauh-jauh hari mempersiapkan mereka selama ini untuk siap mengahadapi media," ucapnya.

Korban, menurutnya, masih terikat persaudaraan dengan korban lainnya karena sebelumnya saling ajak untuk bersekolah di pesantren tersebut.

Rata-rata umur korban berusia 13 hingga 15 tahun.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved