Fokus
Fokus : Menghidupi Kasih dalam Hidup
Dua hari sebelum Yesus lahir, Maria dan Yusuf--orangtua Yesus--sepertinya masih dalam perjalanan menuju Betlehem.
Penulis: rika irawati | Editor: Catur waskito Edy
Rika Irawati
Wartawan Tribun Jateng
Dua hari sebelum Yesus lahir, Maria dan Yusuf--orangtua Yesus--sepertinya masih dalam perjalanan menuju Betlehem.
Pasangan ini harus berangkat dari rumah mereka di Nazaret ke Kota Daud untuk mendaftarkan diri sebagai warga kota tersebut, sesuai perintah Kaisar Agustus.
Tak seperti sekarang, sensus penduduk dilakukan petugas yang datang langsung ke rumah-rumah warga, di zaman itu, warga yang harus mendatangi kantor pemerintahan.
Apalagi, sensus penduduk ini yang pertama dilakukan. Pada masa itu, sepertinya, memudahkan pekerjaan pejabat lebih utama dibanding kenyamanan warga.
Melihat Googlemap, jarak Nazaret ke Betlehem sekitar 156 kilometer sampai 180,5 kilometer, tergantung wilayah mana yang dilintasi. Naik mobil, membutuhkan waktu 2,5-3,5 jam perjalanan.
Naik sepeda, butuh waktu 9 jam. Jalan kaki, sekitar 31-33 jam. Itu semua menurut asumsi Googlemap di kondisi sekarang.
Sementara, saat itu, menurut cerita guru-guru di Sekolah Minggu, Yusuf dan Maria melakukan perjalanan naik keledai.
Ini bisa memakan waktu lebih lama karena kecepatan keledai berjalan tidak bisa diatur. Kadang lambat atau bahkan sangat lambat. Beberapa tafsir memperkirakan, perjalanan pasangan muda tersebut ke Betlehem memakan waktu 9-10 hari.
Ini bisa dipahami, kalau keledai itu membawa beban bawaan yang cukup banyak. Perjalanan tentu sangat lamban.
Bekal berupa makanan dan mungkin alat memasak, pakaian Yusuf dan Maria, mungkin juga perlengkapan bagi calon anak mereka yang bisa lahir kapan saja. Karena, saat itu, kandungan Maria sudah cukup umur untuk melahirkan meski tak diketahui hari perkiraan lahir (HPL).
Dan karena sensus penduduk ini berlaku untuk semua warga, tentu saja, Maria dan Yusuf bukan satu-satunya keluarga dalam perjalanan tersebut. Sesekali, mereka mungkin bergerak dalam sebuah rombongan dengan keluarga lain.
Saya membayangkan, mereka akan saling membantu saat keluarga lain, atau bahkan Maria dan Yusuf sendiri, membutuhkan pertolongan.
Maria membantu menjaga dan bermain bersama anak keluarga lain yang masih kecil sementara orangtua dan Yusuf mempersiapkan tempat beristirahat di pinggir jalan.
Atau, saat malam, sambil mengitari api unggun dan makan pisang goreng, ibu-ibu yang lebih senior memberi wejangan kepada Maria bagaimana menghadapi proses persalinan. Dan bapak-bapak bercerita repotnya membantu sang istri mengurus bayi baru lahir.
Saling membantu ini merupakan wujud dari kasih persaudaraan di antara sesama. Seperti halnya tema Natal 2022 yang dikeluarkan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Indonesia, Cinta Kasih Kristus yang Menggerakkan Persaudaraan.
Secara umum, tema ini diangkat untuk mengingatkan umat agar terus saling mengasihi sepenuh hati dalam kasih persaudaraan yang tulus dan ikhlas melalui tindakan belarasa.
Utamanya, di tengah wabah Covid-19 yang belum mereda dan bencana alam, semisal erupsi Gunung Semeru, gempa NTT, serta banjir dan longsor yang melanda sejumlah tempat.
Empati dan mau peduli kepada sesama lebih penting dibanding ikut berkomentar terkait boleh tidak boleh mengucapkan selamat Natal, seperti yang selalu terjadi di media sosial menjelang Natal. Topik yang terus berulang setiap tahun.
Memang, tema ini diharapkan tidak hanya diterapkan selama Natal dirayakan. Tetapi, pengingat, begitulah seharusnya umat Kristen dan Katolik menghidupi hidup mereka.
Seperti halnya Yesus menjadi hadiah terbesar bagi umat Kristen sebagai Juru Selamat, umat harus memberi hadiah kepada sesama lewat perbuatan nyata penuh kasih dalam hidup mereka. Selamat menyongsong Natal bagi Anda yang merayakan! (*)
Baca juga: Cucu Mbah Minto Sebut YouTuber Ucup Klaten Bantu Sejak Masuk RS hingga Meninggal
Baca juga: Pemilihan Ketua Umum PBNU Digelar Malam Ini, Tempatnya Belum Ditentukan
Baca juga: Pencabulan 9 Bocah di Cengkareng: Pelakunya Anak di Bawah Umur dengan Modus Bermain Bersama
Baca juga: Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Jateng, Polda: di Semarang, Solo, dan Sukoharjo