Berita Kesehatan
Masih pakai Minyak Jelantah untuk Masak? Tinggalkan Segera, Ini Rentetan Dampak Buruknya
Memasak makanan dengan minyak jelantah menimbulkan beberapa risiko utama yang perlu diwaspadai sebagai berikut
TRIBUNJATENG.COM - Masih pakai Minyak Jelantah untuk Masak? Tinggalkan Segera, Ini Rentetan Dampak Buruknya
Mungkin sebagian dari kita pernah makan gorengan yang dimasak dengan minyak jelantah, apalagi di saat harga minyak goreng semakin mahal.
Minyak jelantah adalah minyak goreng yang digunakan secara berulang.
Lalu, apakah kamu tahu bahayanya mengkonsumsi makanan dari minyak jelantah bagi kesehatan?
Baca juga: Resep Jahe Rempah Susu, Minuman Lezat Kaya Manfaat untuk Menemani Akhir Pekan Anda
Baca juga: Jadi Saksi Detik-detik Soeharto Wafat, Kapolsek yang Bertugas saat Itu Ungkap Tak Bisa Bohong
Memasak makanan dengan minyak jelantah menimbulkan beberapa risiko utama yang perlu diwaspadai sebagai berikut:
1. Membuat makanan lebih bersifat racun
Mengutip Times of India, menggunakan minyak jelantah untuk memasak dapat membuat makanan lebih bersifat racun.
Minyak jelantah yang dipanaskan akan melepaskan konsentrasi Aldehida yang lebih tinggi, bahan kimia beracun yang berpotensi memicu penyakit kronis, seperti:
- Kanker
- Penyakit jantung
- Alzheimer
- Demensia
- Parkinson.
Selain itu, minyak jelantah akan melepaskan racun lain yang disebut 4-hidroksi-trans-2-nominal (HNE), yang bisa mengganggu fungsi DNA, RNA, dan protein tubuh.
Bahan kimia yang bersifat racun dan berpotensi menyebabkan kanker atau tumor ganas itu disebut karsinogenik.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 472/Menkes/Per/V 1996 tentang Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan, karsinogenik masuk dalam salah satu sifat bahan kimia berbahaya, bersama dengan sifat racun, teratogenik, mutagenik, korosif, dan iritasi.
2. Meningkatkan lemak trans
Mengutip Times of India, minyak jelantah mengandung asam lemak trans lebih banyak saat digunakan kembali untuk memasak.
Lemak trans lebih buruk dari pada lemak jenuh, karena tidak hanya meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL), tetapi juga menurunkan kadar kolesterol baik (HDL).
Hal tersebut terkait dengan peningkatan risiko:
- Parkinson
- Penyakit kardiovaskular
- Stroke
- Kanker
- Berbagai gangguan jantung.