Berita Semarang
Cerita Warga Semarang Ziarah Kubur di TPU Tambakrejo, Menghadap Lautan Bukan Gundukan Tanah Bernisan
Aris Triyatmoko: saya ajak anak istri dan adik ke pesisir Tambakrejo untuk mendoakan almarhum orangtua, buyut, dan keluarga lainnya
Penulis: iwan Arifianto | Editor: deni setiawan
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Lantunan doa tahlil dan yasinan dari empat pezirah melantun di pesisir Semarang melawan suara deburan ombak.
Bagi warga pesisir Semarang, ziarah kubur bukan menghadap gundukan tanah bernisan.
Mereka ziarah kubur harus berhadapan dengan air laut.
Baca juga: Diskotik, Karaoke Boleh Buka Selama Ramadan di Kota Semarang, Ada Batasan Jam Operasional
Baca juga: Ucapan Duka Almarhum Yazid Khairil Atlet Paralayang Jatuh di Kabupaten Semarang: kamu orang baik
Baca juga: PSIS Semarang Datangkan Taisei Marukawa dan Carlos Fortes, Mahesa Jenar Jadi Monster Baru di Liga 1
Baca juga: Kronologi Atlet Paralayang Kabupaten Semarang Jatuh: Safety belt tak terpasang sempurna
Sebab, ratusan makam di area Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tambakrejo, Tanjungmas, Kota Semarang itu, sudah hilang berubah air laut.
Akan tetapi, kondisi itu tak menyurutkan para warga untuk berziarah.
Mereka tetap mengunjungi makam keluarganya dengan berbagai alasan.
Seperti menjalankan tradisi atau sebagai bentuk bakti kepada orangtua.
"Saya ajak anak istri dan adik ke pesisir Tambakrejo untuk mendoakan almarhum orangtua, buyut, dan keluarga lainnya," ujar Aris Triyatmoko kepada Tribunjateng.com, Jumat (1/4/2022).
Kondisi makam keluarga besarnya yang terendam air laut tentu membuatnya sedih.
Namun, baginya kondisi itu jangan sampai menghilangnya budaya ziarah kubur.
Pada 2017, makam masih tampak di permukaan.
Kondisi makam mulai benar-benar tenggelam pada 2018.
Dia bersama keluarganya tetap menyempatkan diri setiap menjelang bulan puasa dan jelang Lebaran melakukan ziarah kubur.

"Meski makam sudah tak kelihatan, kami ingin tetap ziarah sebagai bentuk bakti kami ke orangtua," beber warga Tambakmulyo, Tanjungmas, Kota Semarang itu.
Peziarah lain, Satrio (67) mengatakan, sudah menjadi rutinitas setiap tahun melakukan ziarah kubur ke makam orangtuanya di TPU Tambakrejo meskipun sekarang sudah tenggelam.
"Iya pada 2015 sudah ada air, 2017 mulai parah," ujar warga Tambakrejo itu kepada Tribunjateng.com, Jumat (1/4/2022).
Kendati makam sudah tenggelam, tak menyurutkan kekhusukan doanya untuk orangtuanya.
"Kondisi alam tak dapat dilawan."
"Kami harus tetap rajin berdoa, termasuk ke keluarga yang telah meninggal," beber pekerja tambak itu. (*)
Baca juga: Innalillahi, Martoyo Meninggal di Kamar Hotel Desa Bolon Karanganyar, Sempat Pesan Teh Hangat
Baca juga: Kisah Almarhum Yazid Atlet Paralayang Jatuh di Kabupaten Semarang, Cuci Parasut Bareng Anak
Baca juga: Pria Jepara Cabuli Anak Bawah Umur di Gubuk Sawah, Tak Merasa Berdosa: saya bayar dia Rp 50 ribu
Baca juga: Mendalami Materi Pembelajaran Struktur Bumi melalui Cooperative Learning