Kronologi Tragedi Bintaro 1987, Sejarah Kelam KAI yang Tewaskan 156 Korban 35 Tahun Lalu
Kronologi Tragedi Bintaro 1987, Sejarah Kelam KAI yang Tewaskan 156 Korban 35 Tahun Lalu
Penulis: non | Editor: galih permadi
Saat itu, Petugas Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) Djamhari, menerima informasi bahwa KA 220 sudah berangkat menuju Sudimara.
Dengan kebingungan tersebut, Djamhari mengakali masalah ini dengan melangsir KA 225 dari jalur 3 ke jalur 1 Stasiun Sudimara.
Akhirnya Djamhari memerintahkan seorang petugas stasiun untuk melangsir.
Padahal, perihal langsiran tersebut harus ditulis oleh PPKA dalam laporan harian masinis serta menjelaskannya secara lisan.
Petugas yang disuruh Djamhari itu pun dengan tangkas mengambil bendera merah dan slompret.
Saat akan dilangsir, masinis tidak dapat melihat semboyan yang diberikan, karena pandangannya terhalang penumpang.
Tidak lama, KA 225 yang membawa tujuh gerbong akhirnya bertubrukan dengan KA 220 di Desa Pondok Betung pada pukul 06.45 WIB.
Masinis KA 225 yang selamat Slamet Suradio, membantah tuduhan PJKA yang menyebut dirinya memutuskan untuk memberangkatkan kereta tanpa perintah.
Suradio mengatakan bahwa dirinya hanya mengikuti instruksi dari PPKA Sudimara.
Bahkan Suradio berkali-kali menegaskan bahwa tudingan tersebut adalah sebuah "kebohongan besar".
PPKA (Pemimpin Perjalanan Kereta Api) Sudimara dianggap bersalah karena memberikan persetujuan persilangan kereta dari Sudimara ke Kebayoran tanpa persetujuan sebelumnya dari PPKA Kebayoran.
PPKA Stasiun Kebayoran juga disalahkan karena tak berkoordinasi lebih lanjut dengan Sudimara.
Masinis KA 225 dipersalahkan karena begitu menerima bentuk tempat persilangan langsung berangkat tanpa menunggu perintah PPKA dan kondektur. (*)