Berita Semarang
HUT PGRI ke-77 & Hari Guru Nasional 2022 : Jokowi Ucapan Terima Kasih pada Para Guru di Masa Pandemi
Hadiri Puncak Acara HUT ke-77 PGRI dan Hari Guru Nasional 2022, Jokowi Sampaikan Ucapan Terima Kasih Pada Para Guru di Masa Pandemi
Penulis: amanda rizqyana | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Presiden Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo menghadiri Puncak Acara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan Hari Guru Nasional (HGN) 2022 di Marina Convention Center Kota Semarang Jawa Tengah pada Sabtu (3/12/2022).
Pada kesempatan tersebut, Joko Widodo menyampaikan ucapan terima kasih pada para guru yang telah berjuang di masa pandemi virus corona.
Tak hanya itu, ia pun menyampaikan ucapan terima kasih pada para guru yang mengawal masa depan generasi muda Indonesia lewat pendidikan.
Joko Widodo mengungkapkan guna peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan oleh para guru memiliki sejumlah komponen.
"Komponen pertama adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peningkatan keterampilan teknis yang relevan dengan perkembangan zaman," ujarnya.
Joko Widodo melanjutkan, perkembangan zaman yang dimaksud seperti artificial intelegent, big data, internet of things, cripto currency, crypto assets, sehingga guru harus selalu memutakhirkan informasi maupun pengetahuan yang dimiliki
Sementara ia berharap dalam proses pengajaran yang terpenting ialah agar anak memiliki daya kritis yang baik dan memiliki fleksibilitas atau kemampuan beradaptasi dengan zaman yang baik.
Perkembangan zaman yang berlangsung cepat ini menuntut guru untuk meninggalkan materi atau pelajaran 20-30 tahun lalu pada generasi saat ini.
Guru diminta mampu meningkatkan kapasitas dan mampu beradaptasi dengan teknologi pendidikan yang semakin canggih, dengan pengetahuan dan keterampilan yang baru.
Pengetahuan dan keterampilan baru ini harus relevan dengan tantangan dan kebutuhan dunia yang berubah cepat, terlebih setelah munculnya digitalisasi, pandemi, perang Ukraina-Rusia, krisis pangan, krisis energi, hingga krisis finansial.
Guna meningkatkan kapasitas dan kemampuan guru terus dilakukan pemerintah melalui Program Merdeka Belajar, Merdeka Mengajar, dan Guru Penggerak sebagai program utama pemerintah mentransformasi guna peningkatan kualitas pendidikan di seluruh pelosok tanah air.
"SDM yang unggul juga terkait komponen kedua yaitu mentalitas dan karakter yang terus harus dibangun," tutur Joko Widodo.
Karakter sikap santun, jujur, budi pekerti, peduli terhadap sesama, kerja keras, dan mampu bergotong royong menjadi penting untuk diberikan pada anak-anak.
Selain itu, karakter berbangsa, Pancasilais, moderat, toleran, dan Kebhineka Tunggal Ika.
"Komponen ketiga, kesehatan jasmani jangan dilupakan karena sudah lama kita lupakan," tambah Joko Widodo.
Ia mengatakan saat ini kesehatan jasmani sudah dilupakan dan ia pun meminta pada para guru untuk memperhatikan tumbuh-kembang peserta didik yang terindikasi stunting atau mengalami keterlambatan tumbuh-kembang.
Pola hidup sehat, makan sehat, dan berolahraga cukup harus dibiasakan sejak dini pada peserta didik karena menurutnya berilmu dan memiliki keterampilan tinggi menjadi tidak berguna apabila memiliki gangguan kesehatan fisik dan mental.
"Sakit fisik maupun sakit mental adalah pengali nol dari prestasi akademik. Pinternya kayak apa kalo semua nilai pelajarannya katakanlah 10 tapi kalo sakit-sakitan, nilai akhirnya ya 10 kali nol, sama dengan nol, sepintar apapun anak didik kita. Kalau indeks prestasi 4 kalau sakit mental ataupun sakit fisik, indeks prestasinya ya 4 kali nol sama dengan nol lagi"
Joko Widodo menekankan bagi para guru untuk lebih memperhatikan lagi masalah yang berkaitan dengan kesehatan mental dan kesehatan fisik.
Ia mengingatkan pada para guru bahwa, tugasnya adalah mencetak SDM yang unggul dalam prestasi akademik, keterampilan, karakter sosial-kebangsaan, dan unggul pula kesehatan jiwa dan raga.
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI), Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd., pada kesempatan yang sama menyampaikan bahwa perayaan ini merupakan momen kegembiraan bertemu dengan rekan sesama guru.
Hal ini guna menunjukkan eksistensi guru di PGRI sekaligus momentum perjuangan PGRI agar bisa mendapatkan kepastian masa depan guru.
Pasalnya, saat ini kepastian masa depan guru belum mendapatkan kejelasan terkait Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
"Kepastian masa depan guru yang belum selesai dan segala sesuatu akan berlangsung dengan baik kalau guru sudah pasti masa depannya, sudah jelas kedudukannya, dengan demikian ia bisa bekerja dengan bahagia," ungkapnya.
Terkait jumlah guru yang saat ini belum mencapai kesejahteraan, Prof. Unifah memperkirakan sekitar 1,3 juta guru belum mendapatkan hak kesejahteraan, dan angka tersebut belum termasuk guru dari Kementerian Agama (Kemenag).
Prof. Unifah sendiri tidak menghadiri rangkaian kegiatan di ruang utama dan bergabung dengan para guru yang berada di tenda di luar area utama.
Ia mengaku sedang tidak enak badan dan Presiden Joko Widodo mengetahui situasinya dan memberi apresiasi atas kehadiran beliau.
"Hebatnya Pak Joko Widodo, walaupun saya tidak sehat tapi beliau tetap datang, itu artinya menyayangi guru-guru, tinggal implementasinya yang harus dikawal," tegasnya.
Acara ini dihadiri oleh ribuan guru dari berbagai daerah di Indonesia dan dihadiri oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua PGRI Jawa Tengah Dr. Muhdi, S.H., M.Hum., Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu. (arh)
Baca juga: Mendalami Materi Sumber Energi melalui Model Pembelajaran Game Turnamen
Baca juga: Video Pembelajaran meningkatkan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar PAI
Baca juga: Model Interaktif Tingkatkan Pembelajaran Puasa Ramadhan
Baca juga: Pembelajaran Pecahan Lebih Menyenangkan dengan “Papacan”